Selasa, 25 Desember 2012

Psikokes


TUGAS INDIVIDU

PSIKOLOGI KESEHATAN
“Psikologi dan Penerapannya dalam Bimbingan dan Konseling”

TUGAS INI DIBUAT DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS AKHIR MATA KULIAH PSIKOLOGI KESEHATAN

Oleh : SITI NURFADILAH H. (F1D210 005)

Jurusan Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Haluoleo


PSIKOLOGI DAN PENERAPANNYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
1.      Psikologi
     Menurut Wundt, psikologi itu merupakan ilmu tentang kesadaran manusia (the science of human consciousness). Dari batasan ini dapat dikemukakan bahwa keadaan jiwa direfleksikan dalam kesadaran manusia. Unsur kesadaran merupakan hal yang dipelajari dalam psikologi itu.
     Disamping itu Woodworth dan Marquis (1975) mengajukan pendapat bahwa yang dimaksud dengan psikologi itu merupakan ilmu tentang aktivitas-aktivitas individu. Menggambarkan bahwa psikologi itu mempelajari aktivitas-aktivitas individu, pengertian aktivitas dalam arti yang luas, baik aktivitas motorik, kognitif, maupun emosional. Kalau pada Wundt digunakan pengertian kesadaran, maka pada Wodworth dan Marquis digunakan aktivitas-aktivitas. Namun keduanya baik kesadaran maupun aktivitas-aktivitas, hal tersebut menggambarkan tentang refleksi dari kehidupan kejiwaan.
     Menurut Branca (1964) dalam bukunya yang berjudul Psychology : The science of Behavior, dikemukakan bahwa psikologi merupakan ilmu tentang perilaku, dan dalam hal ini adalah menyangkut perilaku manusia. Namun, itu tidak berarti bahwa perilaku hewan tidak dikemukakan. Hal ini tergambar dalam bagian-bagian yang mengemukakan tentang penelitian-penelitian yang dilakukan dalam lapangan hewan.
Jadi, psikologi merupakan suatu ilmu yang meneliti tentang perilaku atau aktivitas-aktivitasm dan perilaku serta aktivitas-aktivitas itu sebagai manifestasi hidup kejiwaan. Perilaku atau aktivitas-aktivitas di sini adalah dalam pengertian yang luas, yaitu meliputi perilaku yang nampak (overt behavior) dan juga perilaku yang tidak nampak (inner behavior),atau kalau yang dikemukakan oleh Woodworth dan Marquis ialah baik aktivitas motorik, aktivitas kognitif, maupun aktivitas emosional.
2.      Bimbingan dan Konseling
-          Bimbingan
           Bimbingan diartikan sebagai proses bantuan kepada individu dalam mencapai tingkat perkembangan diri secara optimum. Ada dua kata kunci yang perlu dimaknai dalam definisi ini, yakni :
(1)   Pertama, bantuan dalam arti bimbingan yaitu memfasilitasi individu untuk mengembangkan kemampuan memilih dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri. Proses perkembangan mengandung rangkaian penetapan pilihan dan pengambilan keputusan, dalam menavigasi hidup, dan kemampuan pengambilan keputusan ini merupakan perwujudan dari daya sesuai individu terhadap dinamika lingkungan.
(2)   Kedua, perkembangan optimum adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai yang dianut. Perkembangan optimum adalah suatu konsep normatif, suatu kondisi adekuat dimana individu mampu melakukan pilihan dan pengambilan keputusan yang tepat untuk mempertahankan keberfungsian dirinya di dalam sistem atau lingkungan yang ditandai dengan kesiapan dan kemampuan individu.
-          Konseling
           Konseling adalah proses bantuan, yang dalam sejumlah literatur, dipandang sebagai jantung bimbingan karena bantuan konseling lebih langsung bersentuhan dengan kebutuhan dan masalah individu secara individual, walaupun berlangsung dalam seting kelompok. Konseling adalah suatu proses yang terjadi atas dasar hubungan konselor-klien.
     Bimbingan dan konseling adalah dua istilah yang penggunaannya hampir selalu digandengkan. Bimbingan dan konseling adalah layanan ahli dan pengampu layanan ahli tersebut yang disebut konselor.
3.      Model Teori Bimbingan dan Konseling
     Berikut adalah model dasar teori bimbingan dan konseling adalah model relasional, model kognitif dan model keperilakukan. Dalam model teori bimbingan dan konseling ini menggunakan kaidah/pendekatan psikologi.
-          Model relasional
           Model relasional dalam bimbingan dan konseling adalah pendekatan yang dikembangkan dari pekerjaan Carl Rogers, yang disebut dengan terapi berpusat pada klien. Dalam pengembangan lebih lanjut model ini diinkorporasikan dengan teori psikologi lain, terutama yang terkait dengan psikologi eksitensial yang dikenal dengan psikologi humanistik yang dibangun dari tiga elemen utama yaitu psikologi perseptual, psikologi eksistensial dan temuan-temuan empirik.
           Esensi psikologi perseptual adalah bahwa perilaku itu sebagai fungsi persepsi dan intervensi bimbingan dan konseling harus dimaksudkan untuk membantu individu membangun persepsi diri dalam lingkungannya secara jernih.
           Psikologi eksistensial dilandasi posisi filosofis yang meletakkan eksistensi sebagai pendahulu dari esensi manusia. Tugas utama bimbingan dan konseling adalah membantu konseli mengokohkan kembali keutuhan pengalamannya dan memfasilitasi konseli menemukan makna eksistensi dirinya.
-          Model Kognitif
           Sudut pandang yang digunakan untuk memahami kepribadian ialah bahwa setiap individu memiliki cerita atau riwayat tentang dirinya, kehidupannya, dan hubungan yang dialaminya, dimana riwayat itu menjadi pusat dari seluruh pengalaman dan penafsiran individu terhadap peristiwa yang dialaminya. Kegiatan kognitif individu dimaksudkan utnuk membangun dunia kehidupannya di dalam cara-cara yang bermakna dan konsisten yang dapat memberi dirinya kenyaman yang rasional dan terbebas dari kecemasan.
-          Model Keperilakuan (Behavioral)
           Prinsip dasar model keperilakuan bertolak dari pandangan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang berbasis data teramati, dan yang disebut perilaku adalah manifestasi organisme yang teramati.
           Teori skinner disebut teori operant conditioning yaitu suatu pendekatan dalam psikologi yang menggunakan unit stimulus respons untuk mempelajari perilaku yang teramati dalam situasi yang terkendali. Teori Pavlov menekankan bahwa reaksi-reaksi emosional menyertai respons individu atas stimulus yang diberikan lingkungan.
4.      Penerapan Psikologi dalam Bimbingan dan Konseling
Berbicara tentang bimbingan dan konseling tidak bisa terlepas dari pendidikan, karena bimbingan dan konseling ada di dalam pendidikan. Pendidikan bertolak dari hakikat manusia dan merupakan upaya membantu manusia menjadi apa yang bisa dia perbuat dan bagaimana dia harus menjadi (becoming) dan berada (being). Dalam upaya untuk membantu individu mewujudkan pribadi utuh, bimbingan dan konseling peduli terhadap pengembangan kemampuan nalar yang motekar (kreatif) untuk hidup lebih baik dan benar. Dalam upaya semacam itu, bimbingan dan konseling amat mungkin menggunakan berbagai metode dan teknik psikologis, untuk memahami dan memfasilitasi perkembangan individu, akan tetapi tidak berarti bahwa bimbingan dan konseling adalah psikologi terapan, karena bimbingan dan konseling tetap bersandar dan terarah pada pengembangan manusia sesuai dengan hakikat ekstensialnya.
Pelayanan bimbingan dan konseling mempersyaratkan penerapan kaidah psikologi sebagai alat untuk memahami :
1.      Dinamika perilaku peserta didik (klien)
2.      Latar belakang dan perkembangan peserta didik (klien)
3.      Keterkaitan dengan lingkungannya
4.      Arah dan proses perkembangan untuk menjadikannya tingkah laku yang lebih baik.
Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang:
a.         Motif dan motivasi. Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakan seseorang untuk berperilaku baik atau motif primer, yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak lahir. Motivasi berarti keadaan internal organisme baik manusia atau hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman,1986; Reber, 1988). Seorang konselor harus tahu apa motif dan motivasi yang dimiliki oleh  kliennya sehingga dia mengetahui arah perilaku dari kliennya tersebut.
b.        Pembawaan dan lingkungan. Factor pembawaan dan  lingkungan merupakan factor yang sangat penting dalam menentukan perilaku individu.
Factor pembawaan merupakan factor yang dibawa individu sejak lahir dan mengandung factor potensial. Ada yang memiliki potensial tinggi dan ada juga yang rendah tergantung keturunan. Disinilah peran orang-orang disekelilingnya sangat diperlukan untuk membantu mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh individu tersebut.
Faktor lingkungan menyangkut keadaan sekitar individu meliputi lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan pertemanan. Seorang individu meskipun dia memilki potensi yang sangat tinggi tetapi jika tidak didukung dengan lingkungan yang mendukung perkembangan potensinya maka potensinya itu tidak akan berkembang secara optimal. Maka dalam pergaulan social, seorang individu hendaknya pintar untuk memilih mana yang baik dan yang tidak baik.
c.         Perkembangan individu. Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (prenatal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan social. Setiap individu memiliki fase perkembangan yang berbeda-beda tergantung factor-faktor  yang mempengaruhi seperti hormone dan lingkungan. Oleh karena itu dalam menjalankan tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan individu kliennya, sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa depan.
d.        Belajar. Belajar merupakan serangkaian kegiatan untuk mengetahui sesuatu, dan sekaligus konsep mendasar dalam psikologi. Inti dari belajar adalah mengusai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Untuk memahami kliennya seorang konselor harus mengetahui mengenai teori-teori belajar yang akan mempermudahnya untuk mendiagnosis kesulitan individu.
e.       Kepribadian
Kepribadian merupakan organisasi dinamis dalam diri individu sebagai system psikofisik yang menentukan cara yang unik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Yang dimaksud dengan unik yakni kualitas perilaku individu khas sehingga dapat diketahui individu tersebut berbeda dengan yang lainnya. Keunikan ini didukung oleh faktor psikofisiknya, misalnya struktur tubuhnya, hormone dan yang lainnya dan saling berpengaruh dan menentukan kualitas perilaku individu tersebut. Dengan mengetahui kepribadian kliennya akan sangat membantu konselor dalam melakukan tindakan pencegahan maupun tindakan konseling yang diambil dalam memecahkan masalah.
Dengan demikian, psikologi terlihat sangat dominant dalam memainkan perannya dalam bimbingan dan konseling terutama yang terkait dengan perilaku individu yang menjadi sasaran bimbingan dan konseling. Jadi, psikologi dalam penerapannya dalam bimbingan dan konseling adalah utnuk mengetahui bagaimana perilaku individu. Psikologi sosial juga merupakan ilmu pendukung bimbingan dan konseling dimana konseli sebagai bagian dari masyarakat memiliki karakteristiknya sendiri. Konseli memiliki peran dan fungsi yang secara otomatis menentukan perilakunya dalam lingkup sosial. Pengaruh dari lingkungan sosial dapat memberikan sumbangan bagi bimbingan dan konseling dalam melaksanakan prosesnya agar berjalan lancar.
Ditinjau dari aspek psikologi, konseling memiliki makna yang sangat luas dan mendalam. Masing-masing makna konseling, tidak lepas dari latar belakang konseptual, sosial, dan historis. Dalam perspektif historis, konseling pertama-tama dimaknai sebagai upaya memandu, kemudian secara berturut-turut dimaknai sebagai upaya menyembuhkan, memfasilitasi, memodifikasi, merestrukturisasi, mengembangan, mempengaruhi, mengkomunikasikan, dan terakhir mengorganisasikan. Sesuai dengan makna yang terkandung didalamnya, maka masing-masing berimplikasi kepada pendekatan yang harus dibangun atau dikembangkan oleh konselor dalam rangka mengaplikasikannya fungsi konseling tersebut di lapangan.
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada intinya merupakan fondasi yang harus kuat dan merupakan bagian dari factor pendukung yang harus diperhatikan, khususnya oleh konselor sebagai pelaku utama dari bimbingan dan konseling ini. Secara umum terdapat empat aspek pokok yang melandasi bimbingan dan konseling, yaitu:
1.      Landasan filosofis
2.      Landasan psikologis
3.      Landasan social budaya
4.      Landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi





DAFTAR PUSTAKA

Walgito, Bimo. 1981. Pengantar Psikologi Umum. Penerbit ANDI Yogyakarta. Yogyakarta
Mappiate, Andi. 1996. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta
Kartadinata, Sunaryo. 2007. Teori Bimbingan dan Konseling. Seri Landasan dan Teori Bimbingan dan Konseling Oktober 2007
Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Belajar. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta
Salahuddin, Anas. 2009. Bimbingan dan Konseling. Penerbit Pustaka Setia. Bandung
Sunardi. 2008. Kajian Buku, Psikologi Konseling : Perspektif dan Fungsi. Jurusan PLB FIP UPI