Senin, 22 Februari 2016


ZIKA VIRUS

Hey guys.... have you heard about Zika Virus before ????

Yeah, Zika Virus is currently a global new issue in public health...

I will tell you more about what Zika Virus is...

So check it out....


Introduction

Zika virus is an emerging mosquito-borne virus that was first identified in Uganda in 1947 in rhesus monkeys through a monitoring network of sylvatic yellow fever. It was subsequently identified in humans in 1952 in Uganda and the United Republic of Tanzania. Outbreaks of Zika virus disease have been recorded in Africa, the Americas, Asia and the Pacific.

  • - Genre: Flavivirus
  • - Vector: Aedes mosquitoes (which usually bite during the morning and late afternoon/evening hours)
  • - Reservoir: Unknown

Signs and Symptoms

The incubation period (the time from exposure to symptoms) of Zika virus disease is not clear, but is likely to be a few days. The symptoms are similar to other arbovirus infections such as dengue, and include fever, skin rashes, conjunctivitis, muscle and joint pain, malaise, and headache. These symptoms are usually mild and last for 2-7 days.

Potential complications of Zika virus disease

During large outbreaks in French Polynesia and Brazil in 2013 and 2015 respectively, national health authorities reported potential neurological and auto-immune complications of Zika virus disease. Recently in Brazil, local health authorities have observed an increase in Guillain-Barré syndrome which coincided with Zika virus infections in the general public, as well as an increase in babies born with microcephaly in northeast Brazil. Agencies investigating the Zika outbreaks are finding an increasing body of evidence about the link between Zika virus and microcephaly. However, more investigation is needed to better understand the relationship between microcephaly in babies and the Zika virus. Other potential causes are also being investigated.

Transmission

Zika virus is transmitted to people through the bite of an infected mosquito from theAedes genus, mainly Aedes aegypti in tropical regions. This is the same mosquito that transmits dengue, chikungunya and yellow fever. However, sexual transmission of Zika virus has been described in 2 cases, and the presence of the Zika virus in semen in 1 additional case.
Zika virus disease outbreaks were reported for the first time from the Pacific in 2007 and 2013 (Yap and French Polynesia, respectively), and in 2015 from the Americas (Brazil and Colombia) and Africa (Cabo Verde). In addition, more than 13 countries in the Americas have reported sporadic Zika virus infections indicating rapid geographic expansion of Zika virus.

Diagnosis

Infection with Zika virus may be suspected based on symptoms and recent history (e.g. residence or travel to an area where Zika virus is known to be present). Zika virus diagnosis can only be confirmed by laboratory testing for the presence of Zika virus RNA in the blood or other body fluids, such as urine or saliva.

Prevention

Mosquitoes and their breeding sites pose a significant risk factor for Zika virus infection. Prevention and control relies on reducing mosquitoes through source reduction (removal and modification of breeding sites) and reducing contact between mosquitoes and people.
This can be done by using insect repellent regularly; wearing clothes (preferably light-coloured) that cover as much of the body as possible; using physical barriers such as window screens, closed doors and windows; and if needed, additional personal protection, such as sleeping under mosquito nets during the day. It is extremely important to empty, clean or cover containers regularly that can store water, such as buckets, drums, pots etc. Other mosquito breeding sites should be cleaned or removed including flower pots, used tyres and roof gutters. Communities must support the efforts of the local government to reduce the density of mosquitoes in their locality.

Reference :
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/zika/en/



Selasa, 16 Februari 2016

Haiiiii.....

Udah lama banget nggak update info tentang kesehatan nih....
kemarin tuh lagi sibuk banget, ngurusin skripsi dan lanjut studi... hehehehee :D
maklum aja ya..
sebagian besar waktu terkuras karena hal itu... hehehehe :D

Oke mulai sekarang sy akan mencoba mulai aktif update lagi... hahahaha

mulai dari mana ya?
Hhmm... gimana kalau mulai dari pengalaman menjadi mahasiswa Field Epidemiology Training Program (FETP) atau lebih dikenal dengan Epidemiologi Lapangan... Hmm.. udah pada dengar belum minat FETP? :D
Bagi yang udah pernah dengar tentang minat FETP, bisa teman2 bayangin sendirilah seperti gimana peminatan itu... hahaahahha


Oke, mulai dari pengalaman itu aja ya...
heheheheh

mungkin akan diupdate beberapa hari lagi... :D

See yaaaaa

Selasa, 25 Desember 2012

Psikokes


TUGAS INDIVIDU

PSIKOLOGI KESEHATAN
“Psikologi dan Penerapannya dalam Bimbingan dan Konseling”

TUGAS INI DIBUAT DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS AKHIR MATA KULIAH PSIKOLOGI KESEHATAN

Oleh : SITI NURFADILAH H. (F1D210 005)

Jurusan Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Haluoleo


PSIKOLOGI DAN PENERAPANNYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
1.      Psikologi
     Menurut Wundt, psikologi itu merupakan ilmu tentang kesadaran manusia (the science of human consciousness). Dari batasan ini dapat dikemukakan bahwa keadaan jiwa direfleksikan dalam kesadaran manusia. Unsur kesadaran merupakan hal yang dipelajari dalam psikologi itu.
     Disamping itu Woodworth dan Marquis (1975) mengajukan pendapat bahwa yang dimaksud dengan psikologi itu merupakan ilmu tentang aktivitas-aktivitas individu. Menggambarkan bahwa psikologi itu mempelajari aktivitas-aktivitas individu, pengertian aktivitas dalam arti yang luas, baik aktivitas motorik, kognitif, maupun emosional. Kalau pada Wundt digunakan pengertian kesadaran, maka pada Wodworth dan Marquis digunakan aktivitas-aktivitas. Namun keduanya baik kesadaran maupun aktivitas-aktivitas, hal tersebut menggambarkan tentang refleksi dari kehidupan kejiwaan.
     Menurut Branca (1964) dalam bukunya yang berjudul Psychology : The science of Behavior, dikemukakan bahwa psikologi merupakan ilmu tentang perilaku, dan dalam hal ini adalah menyangkut perilaku manusia. Namun, itu tidak berarti bahwa perilaku hewan tidak dikemukakan. Hal ini tergambar dalam bagian-bagian yang mengemukakan tentang penelitian-penelitian yang dilakukan dalam lapangan hewan.
Jadi, psikologi merupakan suatu ilmu yang meneliti tentang perilaku atau aktivitas-aktivitasm dan perilaku serta aktivitas-aktivitas itu sebagai manifestasi hidup kejiwaan. Perilaku atau aktivitas-aktivitas di sini adalah dalam pengertian yang luas, yaitu meliputi perilaku yang nampak (overt behavior) dan juga perilaku yang tidak nampak (inner behavior),atau kalau yang dikemukakan oleh Woodworth dan Marquis ialah baik aktivitas motorik, aktivitas kognitif, maupun aktivitas emosional.
2.      Bimbingan dan Konseling
-          Bimbingan
           Bimbingan diartikan sebagai proses bantuan kepada individu dalam mencapai tingkat perkembangan diri secara optimum. Ada dua kata kunci yang perlu dimaknai dalam definisi ini, yakni :
(1)   Pertama, bantuan dalam arti bimbingan yaitu memfasilitasi individu untuk mengembangkan kemampuan memilih dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri. Proses perkembangan mengandung rangkaian penetapan pilihan dan pengambilan keputusan, dalam menavigasi hidup, dan kemampuan pengambilan keputusan ini merupakan perwujudan dari daya sesuai individu terhadap dinamika lingkungan.
(2)   Kedua, perkembangan optimum adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai yang dianut. Perkembangan optimum adalah suatu konsep normatif, suatu kondisi adekuat dimana individu mampu melakukan pilihan dan pengambilan keputusan yang tepat untuk mempertahankan keberfungsian dirinya di dalam sistem atau lingkungan yang ditandai dengan kesiapan dan kemampuan individu.
-          Konseling
           Konseling adalah proses bantuan, yang dalam sejumlah literatur, dipandang sebagai jantung bimbingan karena bantuan konseling lebih langsung bersentuhan dengan kebutuhan dan masalah individu secara individual, walaupun berlangsung dalam seting kelompok. Konseling adalah suatu proses yang terjadi atas dasar hubungan konselor-klien.
     Bimbingan dan konseling adalah dua istilah yang penggunaannya hampir selalu digandengkan. Bimbingan dan konseling adalah layanan ahli dan pengampu layanan ahli tersebut yang disebut konselor.
3.      Model Teori Bimbingan dan Konseling
     Berikut adalah model dasar teori bimbingan dan konseling adalah model relasional, model kognitif dan model keperilakukan. Dalam model teori bimbingan dan konseling ini menggunakan kaidah/pendekatan psikologi.
-          Model relasional
           Model relasional dalam bimbingan dan konseling adalah pendekatan yang dikembangkan dari pekerjaan Carl Rogers, yang disebut dengan terapi berpusat pada klien. Dalam pengembangan lebih lanjut model ini diinkorporasikan dengan teori psikologi lain, terutama yang terkait dengan psikologi eksitensial yang dikenal dengan psikologi humanistik yang dibangun dari tiga elemen utama yaitu psikologi perseptual, psikologi eksistensial dan temuan-temuan empirik.
           Esensi psikologi perseptual adalah bahwa perilaku itu sebagai fungsi persepsi dan intervensi bimbingan dan konseling harus dimaksudkan untuk membantu individu membangun persepsi diri dalam lingkungannya secara jernih.
           Psikologi eksistensial dilandasi posisi filosofis yang meletakkan eksistensi sebagai pendahulu dari esensi manusia. Tugas utama bimbingan dan konseling adalah membantu konseli mengokohkan kembali keutuhan pengalamannya dan memfasilitasi konseli menemukan makna eksistensi dirinya.
-          Model Kognitif
           Sudut pandang yang digunakan untuk memahami kepribadian ialah bahwa setiap individu memiliki cerita atau riwayat tentang dirinya, kehidupannya, dan hubungan yang dialaminya, dimana riwayat itu menjadi pusat dari seluruh pengalaman dan penafsiran individu terhadap peristiwa yang dialaminya. Kegiatan kognitif individu dimaksudkan utnuk membangun dunia kehidupannya di dalam cara-cara yang bermakna dan konsisten yang dapat memberi dirinya kenyaman yang rasional dan terbebas dari kecemasan.
-          Model Keperilakuan (Behavioral)
           Prinsip dasar model keperilakuan bertolak dari pandangan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang berbasis data teramati, dan yang disebut perilaku adalah manifestasi organisme yang teramati.
           Teori skinner disebut teori operant conditioning yaitu suatu pendekatan dalam psikologi yang menggunakan unit stimulus respons untuk mempelajari perilaku yang teramati dalam situasi yang terkendali. Teori Pavlov menekankan bahwa reaksi-reaksi emosional menyertai respons individu atas stimulus yang diberikan lingkungan.
4.      Penerapan Psikologi dalam Bimbingan dan Konseling
Berbicara tentang bimbingan dan konseling tidak bisa terlepas dari pendidikan, karena bimbingan dan konseling ada di dalam pendidikan. Pendidikan bertolak dari hakikat manusia dan merupakan upaya membantu manusia menjadi apa yang bisa dia perbuat dan bagaimana dia harus menjadi (becoming) dan berada (being). Dalam upaya untuk membantu individu mewujudkan pribadi utuh, bimbingan dan konseling peduli terhadap pengembangan kemampuan nalar yang motekar (kreatif) untuk hidup lebih baik dan benar. Dalam upaya semacam itu, bimbingan dan konseling amat mungkin menggunakan berbagai metode dan teknik psikologis, untuk memahami dan memfasilitasi perkembangan individu, akan tetapi tidak berarti bahwa bimbingan dan konseling adalah psikologi terapan, karena bimbingan dan konseling tetap bersandar dan terarah pada pengembangan manusia sesuai dengan hakikat ekstensialnya.
Pelayanan bimbingan dan konseling mempersyaratkan penerapan kaidah psikologi sebagai alat untuk memahami :
1.      Dinamika perilaku peserta didik (klien)
2.      Latar belakang dan perkembangan peserta didik (klien)
3.      Keterkaitan dengan lingkungannya
4.      Arah dan proses perkembangan untuk menjadikannya tingkah laku yang lebih baik.
Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang:
a.         Motif dan motivasi. Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakan seseorang untuk berperilaku baik atau motif primer, yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak lahir. Motivasi berarti keadaan internal organisme baik manusia atau hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman,1986; Reber, 1988). Seorang konselor harus tahu apa motif dan motivasi yang dimiliki oleh  kliennya sehingga dia mengetahui arah perilaku dari kliennya tersebut.
b.        Pembawaan dan lingkungan. Factor pembawaan dan  lingkungan merupakan factor yang sangat penting dalam menentukan perilaku individu.
Factor pembawaan merupakan factor yang dibawa individu sejak lahir dan mengandung factor potensial. Ada yang memiliki potensial tinggi dan ada juga yang rendah tergantung keturunan. Disinilah peran orang-orang disekelilingnya sangat diperlukan untuk membantu mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh individu tersebut.
Faktor lingkungan menyangkut keadaan sekitar individu meliputi lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan pertemanan. Seorang individu meskipun dia memilki potensi yang sangat tinggi tetapi jika tidak didukung dengan lingkungan yang mendukung perkembangan potensinya maka potensinya itu tidak akan berkembang secara optimal. Maka dalam pergaulan social, seorang individu hendaknya pintar untuk memilih mana yang baik dan yang tidak baik.
c.         Perkembangan individu. Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (prenatal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan social. Setiap individu memiliki fase perkembangan yang berbeda-beda tergantung factor-faktor  yang mempengaruhi seperti hormone dan lingkungan. Oleh karena itu dalam menjalankan tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan individu kliennya, sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa depan.
d.        Belajar. Belajar merupakan serangkaian kegiatan untuk mengetahui sesuatu, dan sekaligus konsep mendasar dalam psikologi. Inti dari belajar adalah mengusai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Untuk memahami kliennya seorang konselor harus mengetahui mengenai teori-teori belajar yang akan mempermudahnya untuk mendiagnosis kesulitan individu.
e.       Kepribadian
Kepribadian merupakan organisasi dinamis dalam diri individu sebagai system psikofisik yang menentukan cara yang unik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Yang dimaksud dengan unik yakni kualitas perilaku individu khas sehingga dapat diketahui individu tersebut berbeda dengan yang lainnya. Keunikan ini didukung oleh faktor psikofisiknya, misalnya struktur tubuhnya, hormone dan yang lainnya dan saling berpengaruh dan menentukan kualitas perilaku individu tersebut. Dengan mengetahui kepribadian kliennya akan sangat membantu konselor dalam melakukan tindakan pencegahan maupun tindakan konseling yang diambil dalam memecahkan masalah.
Dengan demikian, psikologi terlihat sangat dominant dalam memainkan perannya dalam bimbingan dan konseling terutama yang terkait dengan perilaku individu yang menjadi sasaran bimbingan dan konseling. Jadi, psikologi dalam penerapannya dalam bimbingan dan konseling adalah utnuk mengetahui bagaimana perilaku individu. Psikologi sosial juga merupakan ilmu pendukung bimbingan dan konseling dimana konseli sebagai bagian dari masyarakat memiliki karakteristiknya sendiri. Konseli memiliki peran dan fungsi yang secara otomatis menentukan perilakunya dalam lingkup sosial. Pengaruh dari lingkungan sosial dapat memberikan sumbangan bagi bimbingan dan konseling dalam melaksanakan prosesnya agar berjalan lancar.
Ditinjau dari aspek psikologi, konseling memiliki makna yang sangat luas dan mendalam. Masing-masing makna konseling, tidak lepas dari latar belakang konseptual, sosial, dan historis. Dalam perspektif historis, konseling pertama-tama dimaknai sebagai upaya memandu, kemudian secara berturut-turut dimaknai sebagai upaya menyembuhkan, memfasilitasi, memodifikasi, merestrukturisasi, mengembangan, mempengaruhi, mengkomunikasikan, dan terakhir mengorganisasikan. Sesuai dengan makna yang terkandung didalamnya, maka masing-masing berimplikasi kepada pendekatan yang harus dibangun atau dikembangkan oleh konselor dalam rangka mengaplikasikannya fungsi konseling tersebut di lapangan.
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada intinya merupakan fondasi yang harus kuat dan merupakan bagian dari factor pendukung yang harus diperhatikan, khususnya oleh konselor sebagai pelaku utama dari bimbingan dan konseling ini. Secara umum terdapat empat aspek pokok yang melandasi bimbingan dan konseling, yaitu:
1.      Landasan filosofis
2.      Landasan psikologis
3.      Landasan social budaya
4.      Landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi





DAFTAR PUSTAKA

Walgito, Bimo. 1981. Pengantar Psikologi Umum. Penerbit ANDI Yogyakarta. Yogyakarta
Mappiate, Andi. 1996. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta
Kartadinata, Sunaryo. 2007. Teori Bimbingan dan Konseling. Seri Landasan dan Teori Bimbingan dan Konseling Oktober 2007
Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Belajar. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta
Salahuddin, Anas. 2009. Bimbingan dan Konseling. Penerbit Pustaka Setia. Bandung
Sunardi. 2008. Kajian Buku, Psikologi Konseling : Perspektif dan Fungsi. Jurusan PLB FIP UPI


Minggu, 25 November 2012

Tugas Kelompok 3 Psikologi Humanistik Carl Rogers


TUGAS KELOMPOK

PSIKOLOGI KESEHATAN
“PSIKOLOGI HUMANISTIK CALR ROGER”


OLEH :
KELOMPOK 3

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012


NAMA KELOMPOK 3 :

SITI NURFADILAH H.                                     F1D210 005
ISRA FEBRIANTI                                             F1D210 006
NURINTI                                                         F1D210 138
ADITYA KASIM                                               F1D210 036
RAFNI DEWI                                                   F1D210 071
JETRIANI                                                         F1D210 079
SITI HADRAYANTI ANANDA                         F1D211 083
NURJANNAH                                                  F1D210 093
NUR FITRI LAYLA                                           F1D210 094

SURIDNO                                                        F1D210 108  
AHMAD ERFANDI                                          F1D210 109
ALI AKBAR                                                      F1D210 128
SRI RAHAYUNI                                               F1D210 139
SABANIA                                                         F1D210 174
ERNA KARTIKA                                               F1D210 177
WA ODE ANI NINGSIH                                 F1D210 182
YUNI NOVIANTI                                            F1D210 183
SAHABUDDIN                                                F1D210 082
MASHAR ISAN S. A.                                       F1D210 083
MUH. ABDI HARYONO                                 F1D210 142
AHMAD RIADI                                               F1D210 164
ROLLY WILLIAMS
                                         F1D210 053
HARTATI                                                         F1D210 124
UMMYATUL MAJRA                                      F1D211 141
WD. OCI NURIDANINGSIH                          F1D211 107




1.    TEORI PSIKOLOGI HUMANISTIK
Awal Tumbuhnya Psikologi Humanistik
Pada akhir tahun 1940-an muncul suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang terlihat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial dan konseler, bukan merupakan hasil penelitian dalam bidang proses belajar. Gerakan ini berkembang dan kemudian dikenal sebagai psikologi humanistik, eksestensial, perseptual, atau fenomenalogikal. Psikologi ini berusaha untuk memahami perilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari pengamat (observer).
Selain itu, psikologi humanistik dimulai di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 1950-an, dan terus-menerus tumbuh baik dalam jumlah pengikut maupun dalam lingkip pengaruhnya. Psikologi humanistic lahir dari ketidakpuasan terhadap jalan yang ditempuh oleh psikologi pada awal abad ke 20. Ketidakpuasan itu terutama tertuju pada gambaran manusia yang dibentuk oleh psikologi modern, suatu gambaran yang partial, tidak lengkap, dan satu sisi. Factor lain yang memberikan andil terhadap kemunculan psikologi humanistic adalah keyakinan yang dianut oleh sejumlah ahli psikologi, yakni keyakinan bahwa psikologi telah terlalu lama mempelajari fungsi-fungsi manusia tetapi dengan menghilangkan manusia itu sendiri, atau memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang sekunder dan peripheral seraya mengabaikan hal-hal yang primer dan esensial.
Dalam dunia pendidikan, aliran humanistik muncul pada tahun 1960-1970-an dan mungkin perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi juga akan menuju pada arah ini. (John Jarolimak & Clifford D Foster, 1976, halaman 330).

     Teori Psikologi humanistik
                 Psikologi humanistic (human=manusia) yaitu manusia yang memiliki potensi dalam dirinya yang dipandang juga melalui penghargaan yang tinggi terhadap dirinya, perkembangan pribadinya, perbedaan-perbedaan individualnya dan dari sudut kemanusiaan itu sendiri. Contohnya Mira memiliki potensi atau bakat dalam melukis, jika bakatnya terus dilatih maka kreativitasnya akan terus berjalan, sehingga dia akan menjadi seorang pelukis hebat dan dikenal banyak orang karena potensinya, secara otomatis harkat dan martabatnya akan naik, dia juga mendapat penghargaan yang tinggi dari dirinya sendiri dan orang lain karena dia sudah mengembangkan potensinya dengan baik.
                 Psikologi humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada perspektif optimistik tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
                 Fokus dari perspektif humanistik adalah pada diri, yang diterjemahkan menjadi "ANDA", dan Anda "persepsi" dari "Anda" pengalaman. Hal ini berpendapat bahwa Anda bebas untuk memilih perilaku Anda sendiri, daripada bereaksi terhadap rangsangan lingkungan dan reinforcers. Masalah berurusan dengan harga diri, pemenuhan diri, dan kebutuhan adalah hal yang terpenting. Fokus utama adalah untuk memfasilitasi pengembangan pribadi.

Ciri-Ciri Psikologi Humanistik
Terdapat empat ciri psikologi yang beriorientasi humanistic sebagau berikut :
-          Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomenon primer dalam mempelajari manusia.
-          Menekankan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti memilih, kreativitas, menilai, dan merealisasi diri, sebagai lawan dari pemikiran tentang manusia yang mekanistik dan reduksionistik
-          Menyandarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan, serta menentang penekanan yang berlebihan pada objektivitas yang mengorbankan signifikansi
-          Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu. Individu sebagaimana dia menemukan dirinya sendiri serta dalam hubungannya dengan individu-individu lain dan dengan kelompok-kelompok social.


2.     TEORI HUMANISTIK MENURUT CARL ROGERS
Sejarah Carl Rogers
Carl Ransom Rogers lahir di Oak Park, Illinois, pada 8 Januari 1902. Pada umur 12 tahun keluarganya mengusahakan pertanian dan Rogers menjadi tertarik kepada pertanian secara ilmiah. Pertanian ini membawanya ke perguruan tinggi, dan pada tahun-tahun pertama Rogers sangat gemar akan ilmu alam dan ilmu hayat. Setelah menyelesaikan pelajaran di University of Wisconsin pada 1924 Rogers masuk Union Theological College of Columbia, disana Rogers mendapat pandangan yang liberal dan filsafat mengenai agama. Kemudian pindah ke Teachers College of Columbia, disana Rogers terpengaruh oleh filsafat John Dewey serta mengenal psikologi klinis dengan bimbingan L. Hollingworth. Rogers mendapat gelar M.A. pada 1928 dan doctor pada 1931 di Columbia. Pengalaman praktisnya yang pertama-tama diperolehnya di Institute for Child Guidance. Lembaga tersebut orientasinya Freudian. Rogers menemukan bahwa pemikiran Freudian yang spekulatif itu tidak cocok dengan pendidikan yang diterimanya yang mementingkan statistik dan pemikiran menurut aliran Thorndike.
Pada tahun 1940 Rogers menerima tawaran untuk menjadi guru besar psikologi di Ohio State University. Perpindahan dari pekerjaan klinis ke suasana akademis ini dirasa oleh Rogers sendiri sangat tajam. Karena rangsangannya Rogers merasa terpaksa harus membuat pandangannya dalam psikoterapi itu menjadi jelas. Dan ini dikerjakannya pada 1942 dalam buku Counseling and Psychotheraphy. Pada tahun 1945 Rogers menjadi mahaguru psikologi di Universitas of Chicago, yang dijabatnya hingga kini. Tahun 1946-1957 menjadi presiden the American Psychological Association. Dan meninggal dunia tanggal 4 Februari 1987 karena serangan jantung.

Teori Rogers
Carl rogers seorang ahli terapi yang dididik secara psikodinamika dan peneliti psikologi yang dididik secara teori perilaku, tetapi dia tidak sepenuhnya  merasa nyaman dengan dua aliran tersebut (thorne, 1992). Seperti Freud dan Winnicott, teori-teori rogers diperoleh secara klinis yaitu berdasarkan apa yang dikatakan pasien dalam terapi. Meskipun begitu, pendekatan rogers terhadap perkataan pasien itu sangat berbeda. Banyak yang menyakini pendapat-pendapat rogers diilhami oleh seorang pasien di Rochester Society for the prevention of cruelty to children- perkumpulan Rochester untuk pencegahan kekejaman terhadap anak. Rogers sedang menemui ibu dari seorang anak laki-laki pelaku kejahatan. Dia menemui wanita itu untuk memberikan terapi, dan seperti yang pernah diajarkan kepadanya, dia membuat tafsiran perihal perilaku wanita itu terhadap anak laki-lakinya berdasarkan teori psikodinamika. Wanita itu selalu menolak setiap tafsiran dan rogers angkat tangan. Kemudian, wanita itu bertanya apa rogers menerima orang-orang dewasa untuk konseling. Ketika rogers mengiakan, wanita itu menceritakan masalahnya dengan gamblang. Kejadian itu menyakinkan rogers bahwa tujuan terapi haruslah memungkinkan pasien berbicara dengan leluasa tanpa gangguan. Berikut adalah pemikiran rogers yang diperoleh secara klinis:
1.      Kecenderungan untuk mengaktualisasi
Rogers (1959) percaya, manusia memiliki satu motif dasar, yaitu kecenderungan untuk mengaktualisasi diri. Kecenderungan ini adalah keinginan untuk memenuhi potensi yang dimiliki dan mencapai tahap ‘human beingness’ yang setinggi-tingginya. Seperti bunga yang tumbuh sepenuh potensinya jika potensinya tepat, tetapi masih di kendalikan oleh lingkungan, manusia juga akan tumbuh dan mencapai potensinya jika lingkungan cukup bagus. Namun, tidak seperti bunga, potensi yang dimiliki manusia sebagai individu yang bersifat unik. Kita ditakdirkan untuk berkembang dengan cara yang berbeda sesuai kepribadian kita. Proses penilaian (valuing process) bahwa sadar memandu kita menuju perilaku  yang akan membantu kita mencapai potensi yang kita miliki. Proses penilai bisa terganggu oleh aturan-aturan social yang terlalu keras dan konsep diri yang buruk. Rogers percaya manusia pada dasarnya baik hati dan kreatif. Mereka menjadi destruktif hanya jika konsep diri yang buruk atau hambatan-hambatan eksternal mengalahkan proses penilaian.
2.      Pengembangan konsep diri
Rogers mengingatkan agar selama terapi, klien membuat rujukan pada dirinya sendiri, misalnya dengan berkata, ‘Aku bukanlah diriku yang sebenarnya’ atau ‘aku ingin tahu siapa sesungguhnya diriku’. Rogers mulai menekankan pentingnya pengguaan kata ‘Aku (I)’. ingat, freud juga menggunakan istilah ‘Aku (I)’ atau ego, tetapi Freud lebih tertarik pada aspek-aspek lain dalam diri manusia. Rogers sebaliknya, ia tertarik pada pengungkapan manusia tentang cara-cara pandangannya terhadap diri sendiri secara sadar.
Rogers (1961) mengemukakan, aspek terpenting dalam konsep diri adalah harga diri (self- esteem). Harga diri dapat didefinisikan sebagai seberapa besar kita menyukai diri kita sendiri. Rogers menyakini bahwa kita memiliki citra diri dalam pikiran kita seperti keadaan kita sekarang, sekaligus citra diri kita yang ideal (ideal-self) yaitu citra diri yang kita inginkan. Jika kedua citra itu kongruen (artinya sama) kita akan mengembangkan harga diri yang baik. Perkembangan kongruen dan harga diri bergantung pada penghargaan positif tak bersyarat dari orang lain. Berupa penerimaan, cintah, dan kasih saying. Tanpa penghargaan positif tak bersyarat dalam tingkat tertentu, kita tidak bisa mengaktualisasikan diri. Anak-anak yang kurang mendapatkan penghargaan positif tak bersyarat dari orang lain semasa kanak-kanak karena pola pengasuhan orang tua yang keras, kering perhatian, atau pengasuhan yang dicirikan dengan cinta bersyarat yaitu cinta yang hanya diberikan jika anak berperilaku sesuai syarat ketentuan, kemungkinan akan memiliki  harga diri yang rendah saat dewasanya, sehingga rentan mengidap gangguan jiwa, terutama depresi.

Pokok-Pokok Teori Rogers
Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah – masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak – kanak seperti yang diajukan oleh aliran freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya.
Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah:
  1. Organisme, yaitu keseluruhan individu (the total individual):
Organisme memiliki sifat-sifat berikut:
a)         Organisme beraksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b)        Organisme mempunyai satu motif dasar yaitu: mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri.
c)         Organisme mungkin melambangkan pengalamannya, sehingga hal itu disadari, atau mungkin menolak pelambangan itu, sehingga pengalaman-pengalaman itu tak disadari, atau mungkin juga organisme itu tak memperdulikan pengalaman-pengalamannya.
  1. Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.  Self mempunyai bermacam-macam sifat :
         a)Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan.
         b)        Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara (bentuk) yang   tidak  wajar.
         c)         Self  mengejar (menginginkan) consistency (keutuhan/kesatuan, keselarasan).
         d)        Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self.
         e)         Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan stuktur self diamati sebagai ancaman.
         f)         Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation) dan belajar.

Perkembangan Kepribadian
      Konsep diri (self concept) menurut Rogers adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan, dimana “aku“ merupakan pusat referensi setiap pengalaman. Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan “apa dan siapa aku sebenarnya“ dan “apa yang sebenarnya harus saya perbuat“. Jadi, self concept adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.
      Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi yaitu:
  1. Incongruence
Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin.
  1. Congruence
Congruence berarti situasi dimana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.
Menurut Rogers, para orang tua akan memacu adanya incongruence ini ketika mereka memberikan kasih sayang yang kondisional kepada anak-anaknya. Orang tua akan menerima anaknya hanya jika anak tersebut berperilaku sebagaimana mestinya, anak tersebut akan mencegah perbuatan yang dipandang tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa mengembangkan congruence-nya. Remaja yang orang tuanya memberikan rasa kasih sayang kondisional akan meneruskan kebiasaan ini dalam masa remajanya untuk mengubah perbuatan agar dia bisa diterima di lingkungan.
Dampak dari incongruence adalah Rogers berfikir bahwa manusia akan merasa gelisah ketika konsep diri mereka terancam. Untuk melindungi diri mereka dari kegelisahan tersebut, manusia akan mengubah perbuatannya sehingga mereka mampu berpegang pada konsep diri mereka. Manusia dengan tingkat incongruence yang lebih tinggi akan merasa sangat gelisah karena realitas selalu mengancam konsep diri mereka secara terus menerus.
Contoh:
Erin yakin bahwa dia merupakan orang yang sangat dermawan, sekalipun dia seringkali sangat pelit dengan uangnya dan biasanya hanya memberikan tips yang sedikit atau bahkan tidak memberikan tips sama sekali saat di restoran. Ketika teman makan malamnya memberikan komentar pada perilaku pemberian tipsnya, dia tetap bersikukuh bahwa tips yang dia berikan itu sudah layak dibandingkan pelayanan yang dia terima. Dengan memberikan atribusi perilaku pemberian tipsnya pada pelayanan yang buruk, maka dia dapat terhindar dari kecemasan serta tetap menjaga konsep dirinya yang katanya dermawan.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Perkembangan diri dipengaruhi oleh cinta yang diterima saat kecil dari seorang ibu. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
• Jika individu menerima cinta tanpa syarat, maka ia akan mengembangkan penghargaan positif bagi dirinya (unconditional positive regard) dimana anak akan dapat mengembangkan potensinya untuk dapat berfungsi sepenuhnya.
• Jika tidak terpenuhi, maka anak akan mengembangkan penghargaan positif bersyarat (conditional positive regard). Dimana ia akan mencela diri, menghindari tingkah laku yang dicela, merasa bersalah dan tidak berharga.
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.

Dinamika Kepribadian

Rogers mengemukakan lima sifat khas dari seseorang yang berfungsi penuh:
  1. Keterbukaan pada pengalaman
Yang berarti bahwa seseorang tidak bersifat kaku dan defensif melainkan bersifat fleksibel, tidak hanya menerima pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan lahirnya persepsi dan ungkapan-ungkapan baru.
  1. Kehidupan eksistensial
Orang yang tidak mudah berprasangka ataupun memanipulasi pengalaman melainkan menyesuaikan diri karena kepribadiannya terus-menerus terbuka kepada pengalaman baru.
  1. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Yang berarti bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan yang lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual.
  1. Perasaan bebas
Semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak.
  1. Kreativitas
Seorang yang  kreatif bertindak dengan bebas dan menciptakan hidup, ide dan rencana yang konstruktif, serta dapat mewujudkan kebutuhan dan potensinya secara kreatif dan dengan cara yang memuaskan.

3.      Kelemahan
Kelemahan Pendekatan Humanistik
Adapun keterbatasan dari pendekatan humanistic adalah sebagai berikut :
·         Pendekatan humanistic telah menghasilkan teori dan gagasan yang sangat sukar diuji dengan penelitian ilmiah, bahkan sampai pada taraf yang lebih luas daripada pendekatan psikodinamika
·         Karena pokok permasalahan dalam psikologi humanistik adalah pengalaman pribadi manusia, maka ada masalah logis dalam hal penerapan teori-teori yang berasal dari satu individu yang lain. Contohnya, kita tidak bisa menganggap dua orang yang menceritakan suatu pengalaman puncak atau pengalaman spiritual, memiliki pengalaman yang sama
·         Banyak gagasan humanistic (khususnya yang berkaitan dengan perkembangan diri) sangat terikat dengan kebudayaan (culture bound), dan tidak mudah diterapkan pada berbagai macam masyarakat atau periode sejarah.
·         Penekanan humanistic pada manusia secara individu berarti pentingnya pengaruh eksternal pada kehidupan manusia mungkin telah diabaikan. Seperti dikemukakan oleh Lerman (1992), seorang istri yang mengalami penyiksaan bisa belajar dari psikologi humanistic bahwa ia berhak untuk tidak diperlakukan dengan kejam, tetapi psikologi humanistic itu sendiri tidak mengizinkannya untuk meninggalkan situasi tersebut dengan aman.
Selain kelemahan yang telah diuraikan di atas, ada beberapa argumantasi mengenai kritik dari teori humanistik, yaitu sebagai berikut :
1 Teori humanistik terlalu optimistik secara naif dan gagal untuk memberikan pendekatan pada sisi buruk dari sifat alamiah manusia
2. Teori humanistik, seperti halnya teori psikodinamik, tidak bisa diuji dengan mudah
3. Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif. Beberapa kritisi menyangkal bahwa konsep ini bisa saja mencerminkan nilai dan idealisme Maslow sendiri,
4. Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis

Kelemahan Psikologi Humanistik Carl Rogers
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata- mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpendapat bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Selain itu, gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respons secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak bisa melepaskan subyektivitasnya dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu dunia itu secara obyektif.
Rogers juga mengabaikan aspek- aspek sadar dalam tingkah laku manusia karena ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatic yang menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.
         Di samping itu kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers juga terletak pada perhatiannya yang semata – mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
         Selain itu gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respon secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak bisa melepaskan subjektivitas dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu dunia itu secara objektif.


KESIMPULAN

            Psikologi humanistik dimulai di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 1950-an, dan terus-menerus tumbuh baik dalam jumlah pengikut maupun dalam lingkip pengaruhnya. Psikologi humanistic lahir dari ketidakpuasan terhadap jalan yang ditempuh oleh psikologi pada awal abad ke 20. Ketidakpuasan itu terutama tertuju pada gambaran manusia yang dibentuk oleh psikologi modern, suatu gambaran yang partial, tidak lengkap, dan satu sisi.
            Psikologi humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada perspektif optimistik tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka. Fokus dari perspektif humanistik adalah pada diri, yang diterjemahkan menjadi "ANDA".
            Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah – masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
            Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak – kanak seperti yang diajukan oleh aliran freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya.
            Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah:
  1.        Organisme, yaitu keseluruhan individu (the total individual):
  2.       Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
            Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata- mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain, gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respons secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima, dan Rogers juga mengabaikan aspek- aspek sadar dalam tingkah laku manusia.


DAFTAR PUSTAKA

Misiak, Hendryk dan Staut, Virginia. 1988. Psikologi Fenomenologi Ekstitensional dan Humanistik Suatu Survai Historis. Bandung ; PT. Eresco
Hall, Calvin dan Lindzey Gardner. 1993. Teori-Teori Holistik (organismik-fenomenologis). Yogyakarta ; Penerbit Kanisius.
Schultz, Duane. 1991. Psikolosi Pertumbuhan : Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta ; Penerbit Kanisius.
Eliseba, Yoanita. Psikologi Kepribadian I Teori Psikologi Humanistik Carl Rogers. Pusat Pengembangan Bahan Ajar-UMB
Rachmahana, Syifa’a,  Ratna. Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam Pendidikan. Jurnal Pendidikan Islam No.1. Vol. I. 2008