NUR FITRI LAYLA F1D210 094
SURIDNO F1D210 108
AHMAD ERFANDI F1D210 109
ALI AKBAR F1D210 128
SRI RAHAYUNI F1D210 139
SABANIA F1D210 174
ERNA KARTIKA F1D210 177
WA ODE ANI NINGSIH F1D210 182
YUNI NOVIANTI F1D210 183
SAHABUDDIN F1D210 082
MASHAR ISAN S. A. F1D210 083
MUH. ABDI HARYONO F1D210 142
AHMAD RIADI F1D210 164
ROLLY WILLIAMS F1D210 053
HARTATI F1D210 124
UMMYATUL MAJRA F1D211 141
WD. OCI NURIDANINGSIH F1D211 107
1.
TEORI
PSIKOLOGI HUMANISTIK
Awal Tumbuhnya Psikologi
Humanistik
Pada akhir tahun
1940-an muncul suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang terlihat dalam
penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya ahli-ahli
psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial dan konseler, bukan merupakan hasil
penelitian dalam bidang proses belajar. Gerakan ini berkembang dan kemudian
dikenal sebagai psikologi humanistik,
eksestensial, perseptual, atau fenomenalogikal. Psikologi
ini berusaha untuk memahami perilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver),
bukan dari pengamat (observer).
Selain itu,
psikologi humanistik dimulai di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 1950-an,
dan terus-menerus tumbuh baik dalam jumlah pengikut maupun dalam lingkip pengaruhnya.
Psikologi humanistic lahir dari ketidakpuasan terhadap jalan yang ditempuh oleh
psikologi pada awal abad ke 20. Ketidakpuasan itu terutama tertuju pada
gambaran manusia yang dibentuk oleh psikologi modern, suatu gambaran yang
partial, tidak lengkap, dan satu sisi. Factor lain yang memberikan andil
terhadap kemunculan psikologi humanistic adalah keyakinan yang dianut oleh
sejumlah ahli psikologi, yakni keyakinan bahwa psikologi telah terlalu lama
mempelajari fungsi-fungsi manusia tetapi dengan menghilangkan manusia itu
sendiri, atau memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang sekunder dan peripheral
seraya mengabaikan hal-hal yang primer dan esensial.
Dalam dunia
pendidikan, aliran humanistik muncul pada
tahun 1960-1970-an dan mungkin perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi
juga akan menuju pada arah ini. (John Jarolimak & Clifford D Foster, 1976,
halaman 330).
Teori
Psikologi humanistik
Psikologi humanistic
(human=manusia) yaitu manusia yang memiliki potensi dalam dirinya yang
dipandang juga melalui penghargaan yang tinggi terhadap dirinya, perkembangan
pribadinya, perbedaan-perbedaan individualnya dan dari sudut kemanusiaan itu
sendiri. Contohnya Mira memiliki potensi atau bakat dalam melukis, jika
bakatnya terus dilatih maka kreativitasnya akan terus berjalan, sehingga dia
akan menjadi seorang pelukis hebat dan dikenal banyak orang karena potensinya,
secara otomatis harkat dan martabatnya akan naik, dia juga mendapat penghargaan
yang tinggi dari dirinya sendiri dan orang lain karena dia sudah mengembangkan
potensinya dengan baik.
Psikologi
humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat
kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada perspektif optimistik
tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk
berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya,
serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia
bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan
kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Fokus dari
perspektif humanistik adalah pada diri, yang diterjemahkan menjadi
"ANDA", dan Anda "persepsi" dari "Anda"
pengalaman.
Hal ini berpendapat bahwa Anda bebas
untuk memilih perilaku Anda sendiri, daripada bereaksi terhadap rangsangan
lingkungan dan reinforcers. Masalah
berurusan dengan harga diri, pemenuhan diri, dan kebutuhan adalah hal yang
terpenting. Fokus utama adalah
untuk memfasilitasi pengembangan pribadi.
Ciri-Ciri
Psikologi Humanistik
Terdapat empat ciri psikologi
yang beriorientasi humanistic sebagau berikut :
-
Memusatkan perhatian pada person yang
mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomenon primer
dalam mempelajari manusia.
-
Menekankan pada kualitas-kualitas yang
khas manusia, seperti memilih, kreativitas, menilai, dan merealisasi diri,
sebagai lawan dari pemikiran tentang manusia yang mekanistik dan reduksionistik
-
Menyandarkan diri pada kebermaknaan
dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian
yang akan digunakan, serta menentang penekanan yang berlebihan pada
objektivitas yang mengorbankan signifikansi
-
Memberikan perhatian penuh dan meletakkan
nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan
potensi yang inheren pada setiap individu. Individu sebagaimana dia menemukan
dirinya sendiri serta dalam hubungannya dengan individu-individu lain dan
dengan kelompok-kelompok social.
2.
TEORI HUMANISTIK MENURUT CARL ROGERS
Sejarah Carl Rogers
Carl Ransom Rogers lahir di Oak Park, Illinois, pada 8 Januari 1902.
Pada umur 12 tahun keluarganya mengusahakan pertanian dan Rogers menjadi
tertarik kepada pertanian secara ilmiah. Pertanian ini membawanya ke perguruan
tinggi, dan pada tahun-tahun pertama Rogers sangat gemar akan ilmu alam dan
ilmu hayat. Setelah menyelesaikan pelajaran di University of Wisconsin pada
1924 Rogers masuk Union Theological College of Columbia, disana Rogers mendapat
pandangan yang liberal dan filsafat mengenai agama. Kemudian pindah ke Teachers
College of Columbia, disana Rogers terpengaruh oleh filsafat John Dewey serta
mengenal psikologi klinis dengan bimbingan L. Hollingworth. Rogers mendapat
gelar M.A. pada 1928 dan doctor pada 1931 di Columbia. Pengalaman praktisnya yang
pertama-tama diperolehnya di Institute for Child Guidance. Lembaga tersebut
orientasinya Freudian. Rogers menemukan bahwa pemikiran Freudian yang
spekulatif itu tidak cocok dengan pendidikan yang diterimanya yang mementingkan
statistik dan pemikiran menurut aliran Thorndike.
Pada tahun 1940 Rogers menerima tawaran untuk menjadi guru besar
psikologi di Ohio State University. Perpindahan dari pekerjaan klinis ke
suasana akademis ini dirasa oleh Rogers sendiri sangat tajam. Karena
rangsangannya Rogers merasa terpaksa harus membuat pandangannya dalam
psikoterapi itu menjadi jelas. Dan ini dikerjakannya pada 1942 dalam buku Counseling
and Psychotheraphy. Pada tahun 1945 Rogers menjadi mahaguru psikologi di
Universitas of Chicago, yang dijabatnya hingga kini. Tahun 1946-1957 menjadi
presiden the American Psychological Association. Dan meninggal dunia
tanggal 4 Februari 1987 karena serangan jantung.
Teori
Rogers
Carl rogers seorang ahli terapi yang dididik secara
psikodinamika dan peneliti psikologi yang dididik secara teori perilaku, tetapi
dia tidak sepenuhnya merasa nyaman
dengan dua aliran tersebut (thorne, 1992). Seperti Freud dan Winnicott,
teori-teori rogers diperoleh secara klinis yaitu berdasarkan apa yang dikatakan
pasien dalam terapi. Meskipun begitu, pendekatan rogers terhadap perkataan
pasien itu sangat berbeda. Banyak yang menyakini pendapat-pendapat rogers
diilhami oleh seorang pasien di Rochester Society for the prevention of cruelty
to children- perkumpulan Rochester untuk pencegahan kekejaman terhadap anak.
Rogers sedang menemui ibu dari seorang anak laki-laki pelaku kejahatan. Dia
menemui wanita itu untuk memberikan terapi, dan seperti yang pernah diajarkan
kepadanya, dia membuat tafsiran perihal perilaku wanita itu terhadap anak
laki-lakinya berdasarkan teori psikodinamika. Wanita itu selalu menolak setiap
tafsiran dan rogers angkat tangan. Kemudian, wanita itu bertanya apa rogers
menerima orang-orang dewasa untuk konseling. Ketika rogers mengiakan, wanita
itu menceritakan masalahnya dengan gamblang. Kejadian itu menyakinkan rogers
bahwa tujuan terapi haruslah memungkinkan pasien berbicara dengan leluasa tanpa
gangguan. Berikut adalah pemikiran rogers yang diperoleh secara klinis:
1. Kecenderungan
untuk mengaktualisasi
Rogers (1959) percaya, manusia
memiliki satu motif dasar, yaitu kecenderungan untuk mengaktualisasi diri.
Kecenderungan ini adalah keinginan untuk memenuhi potensi yang dimiliki dan
mencapai tahap ‘human beingness’ yang setinggi-tingginya. Seperti bunga yang
tumbuh sepenuh potensinya jika potensinya tepat, tetapi masih di kendalikan
oleh lingkungan, manusia juga akan tumbuh dan mencapai potensinya jika
lingkungan cukup bagus. Namun, tidak seperti bunga, potensi yang dimiliki
manusia sebagai individu yang bersifat unik. Kita ditakdirkan untuk berkembang
dengan cara yang berbeda sesuai kepribadian kita. Proses penilaian (valuing
process) bahwa sadar memandu kita menuju perilaku yang akan membantu kita mencapai potensi yang
kita miliki. Proses penilai bisa terganggu oleh aturan-aturan social yang
terlalu keras dan konsep diri yang buruk. Rogers percaya manusia pada dasarnya
baik hati dan kreatif. Mereka menjadi destruktif hanya jika konsep diri yang
buruk atau hambatan-hambatan eksternal mengalahkan proses penilaian.
2. Pengembangan
konsep diri
Rogers mengingatkan agar selama
terapi, klien membuat rujukan pada dirinya sendiri, misalnya dengan berkata,
‘Aku bukanlah diriku yang sebenarnya’ atau ‘aku ingin tahu siapa sesungguhnya
diriku’. Rogers mulai menekankan pentingnya pengguaan kata ‘Aku (I)’. ingat,
freud juga menggunakan istilah ‘Aku (I)’ atau ego, tetapi Freud lebih tertarik
pada aspek-aspek lain dalam diri manusia. Rogers sebaliknya, ia tertarik pada
pengungkapan manusia tentang cara-cara pandangannya terhadap diri sendiri
secara sadar.
Rogers (1961) mengemukakan, aspek
terpenting dalam konsep diri adalah harga diri (self- esteem). Harga diri dapat
didefinisikan sebagai seberapa besar kita menyukai diri kita sendiri. Rogers
menyakini bahwa kita memiliki citra diri dalam pikiran kita seperti keadaan
kita sekarang, sekaligus citra diri kita yang ideal (ideal-self) yaitu citra
diri yang kita inginkan. Jika kedua citra itu kongruen (artinya sama) kita akan
mengembangkan harga diri yang baik. Perkembangan kongruen dan harga diri
bergantung pada penghargaan positif tak bersyarat dari orang lain. Berupa
penerimaan, cintah, dan kasih saying. Tanpa penghargaan positif tak bersyarat
dalam tingkat tertentu, kita tidak bisa mengaktualisasikan diri. Anak-anak yang
kurang mendapatkan penghargaan positif tak bersyarat dari orang lain semasa
kanak-kanak karena pola pengasuhan orang tua yang keras, kering perhatian, atau
pengasuhan yang dicirikan dengan cinta bersyarat yaitu cinta yang hanya
diberikan jika anak berperilaku sesuai syarat ketentuan, kemungkinan akan
memiliki harga diri yang rendah saat
dewasanya, sehingga rentan mengidap gangguan jiwa, terutama depresi.
Pokok-Pokok
Teori Rogers
Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan
dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah
– masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah
perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi
manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak –
kanak seperti yang diajukan oleh aliran freudian, misalnya toilet trainning,
penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya.
Rogers lebih
melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan
mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan
mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi
sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori
Rogers adalah:
- Organisme, yaitu keseluruhan individu (the
total individual):
Organisme memiliki sifat-sifat
berikut:
a)
Organisme
beraksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
b)
Organisme
mempunyai satu motif dasar yaitu: mengaktualisasikan, mempertahankan dan
mengembangkan diri.
c)
Organisme
mungkin melambangkan pengalamannya, sehingga hal itu disadari, atau mungkin
menolak pelambangan itu, sehingga pengalaman-pengalaman itu tak disadari, atau
mungkin juga organisme itu tak memperdulikan pengalaman-pengalamannya.
- Self, yaitu bagian medan phenomenal
yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan
penilaian sadar daripada “I” atau “me”. Self mempunyai bermacam-macam sifat :
a)Self berkembang dari interaksi organisme
dengan lingkungan.
b)
Self mungkin menginteraksikan
nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar.
c)
Self mengejar (menginginkan) consistency
(keutuhan/kesatuan, keselarasan).
d)
Organisme
bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self.
e)
Pengalaman-pengalaman
yang tak selaras dengan stuktur self diamati sebagai ancaman.
f)
Self mungkin berubah sebagai hasil dari
pematangan (maturation) dan belajar.
Perkembangan
Kepribadian
Konsep diri (self
concept) menurut Rogers adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang
disadari dan disimbolisasikan, dimana “aku“ merupakan pusat referensi
setiap pengalaman. Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu
yang secara perlahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang
diri yang mengatakan “apa dan siapa aku sebenarnya“ dan “apa yang
sebenarnya harus saya perbuat“. Jadi, self concept adalah kesadaran
batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan
membedakan aku dari yang bukan aku.
Konsep diri ini
terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk
menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers
mengenalkan 2 konsep lagi yaitu:
- Incongruence
Incongruence adalah ketidakcocokan antara self
yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan
batin.
- Congruence
Congruence berarti situasi dimana pengalaman
diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral,
dan sejati.
Menurut Rogers, para orang tua akan
memacu adanya incongruence ini ketika mereka memberikan kasih sayang
yang kondisional kepada anak-anaknya. Orang tua akan menerima anaknya hanya
jika anak tersebut berperilaku sebagaimana mestinya, anak tersebut akan
mencegah perbuatan yang dipandang tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang
tua menunjukkan kasih sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa
mengembangkan congruence-nya. Remaja yang orang tuanya memberikan rasa
kasih sayang kondisional akan meneruskan kebiasaan ini dalam masa remajanya
untuk mengubah perbuatan agar dia bisa diterima di lingkungan.
Dampak dari incongruence
adalah Rogers berfikir bahwa manusia akan merasa gelisah ketika konsep diri
mereka terancam. Untuk melindungi diri mereka dari kegelisahan tersebut, manusia
akan mengubah perbuatannya sehingga mereka mampu berpegang pada konsep diri
mereka. Manusia dengan tingkat incongruence yang lebih tinggi akan
merasa sangat gelisah karena realitas selalu mengancam konsep diri mereka
secara terus menerus.
Contoh:
Erin yakin bahwa dia merupakan orang
yang sangat dermawan, sekalipun dia seringkali sangat pelit dengan uangnya dan
biasanya hanya memberikan tips yang sedikit atau bahkan tidak memberikan tips
sama sekali saat di restoran. Ketika teman makan malamnya memberikan komentar
pada perilaku pemberian tipsnya, dia tetap bersikukuh bahwa tips yang dia
berikan itu sudah layak dibandingkan pelayanan yang dia terima. Dengan
memberikan atribusi perilaku pemberian tipsnya pada pelayanan yang buruk, maka
dia dapat terhindar dari kecemasan serta tetap menjaga konsep dirinya yang
katanya dermawan.
Setiap manusia memiliki kebutuhan
dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari
orang lain. Perkembangan diri dipengaruhi oleh cinta yang diterima saat kecil
dari seorang ibu. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang
terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan
unconditional positive regard (tak bersyarat).
• Jika individu menerima cinta tanpa
syarat, maka ia akan mengembangkan penghargaan positif bagi dirinya (unconditional
positive regard) dimana anak akan dapat mengembangkan potensinya untuk
dapat berfungsi sepenuhnya.
• Jika tidak terpenuhi, maka anak
akan mengembangkan penghargaan positif bersyarat (conditional positive
regard). Dimana ia akan mencela diri, menghindari tingkah laku yang dicela,
merasa bersalah dan tidak berharga.
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya
adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia
dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person
sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan
penuh kepercayaan.
Dinamika
Kepribadian
Rogers mengemukakan lima sifat khas
dari seseorang yang berfungsi penuh:
- Keterbukaan
pada pengalaman
Yang
berarti bahwa seseorang tidak bersifat kaku dan defensif melainkan bersifat
fleksibel, tidak hanya menerima pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tapi
juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan lahirnya persepsi dan
ungkapan-ungkapan baru.
- Kehidupan
eksistensial
Orang
yang tidak mudah berprasangka ataupun memanipulasi pengalaman melainkan
menyesuaikan diri karena kepribadiannya terus-menerus terbuka kepada pengalaman
baru.
- Kepercayaan
terhadap organisme orang sendiri
Yang
berarti bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang
sangat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan yang lebih dapat diandalkan
daripada faktor-faktor rasional atau intelektual.
- Perasaan
bebas
Semakin
seseorang sehat secara psikologis, semakin mengalami kebebasan untuk memilih
dan bertindak.
- Kreativitas
Seorang
yang kreatif bertindak dengan bebas dan menciptakan hidup, ide dan
rencana yang konstruktif, serta dapat mewujudkan kebutuhan dan potensinya
secara kreatif dan dengan cara yang memuaskan.
3. Kelemahan
Kelemahan Pendekatan Humanistik
Adapun
keterbatasan dari pendekatan humanistic adalah sebagai berikut :
·
Pendekatan humanistic telah menghasilkan
teori dan gagasan yang sangat sukar diuji dengan penelitian ilmiah, bahkan sampai pada taraf yang lebih luas
daripada pendekatan psikodinamika
·
Karena pokok permasalahan dalam
psikologi humanistik adalah pengalaman pribadi manusia,
maka ada masalah logis dalam hal penerapan teori-teori yang berasal dari satu
individu yang lain. Contohnya, kita tidak bisa menganggap dua orang yang
menceritakan suatu pengalaman puncak atau pengalaman spiritual, memiliki
pengalaman yang sama
·
Banyak gagasan humanistic (khususnya
yang berkaitan dengan perkembangan diri) sangat terikat dengan kebudayaan
(culture bound), dan tidak mudah diterapkan pada berbagai macam masyarakat atau
periode sejarah.
·
Penekanan humanistic pada manusia secara
individu berarti pentingnya pengaruh eksternal pada
kehidupan manusia mungkin telah diabaikan. Seperti dikemukakan oleh Lerman
(1992), seorang istri yang mengalami penyiksaan bisa belajar dari psikologi
humanistic bahwa ia berhak untuk tidak diperlakukan dengan kejam, tetapi
psikologi humanistic itu sendiri tidak mengizinkannya untuk meninggalkan
situasi tersebut dengan aman.
Selain kelemahan
yang telah diuraikan di atas, ada beberapa argumantasi
mengenai kritik dari teori humanistik, yaitu sebagai berikut :
1 Teori
humanistik terlalu optimistik secara naif dan gagal untuk memberikan pendekatan
pada sisi buruk dari sifat alamiah manusia
2. Teori
humanistik, seperti halnya teori psikodinamik, tidak bisa diuji dengan mudah
3. Banyak
konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah berhasil
mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif. Beberapa kritisi
menyangkal bahwa konsep ini bisa saja mencerminkan nilai dan idealisme Maslow
sendiri,
4. Psikologi
humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis
Kelemahan Psikologi Humanistik Carl Rogers
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya
yang semata- mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk
pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpendapat bahwa orang yang
berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan
yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Selain itu, gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respons secara
realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang
tidak bisa melepaskan subyektivitasnya dalam memandang dunia karena kita sendiri
tidak tahu dunia itu secara obyektif.
Rogers juga mengabaikan aspek- aspek sadar dalam tingkah laku manusia
karena ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya
pada masa lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatic yang
menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.
Di samping itu kelemahan atau
kekurangan pandangan Rogers juga terletak pada perhatiannya yang semata – mata
melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta
perkembangan orang lain.
Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan
pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung
jawab di dalamnya.
Selain itu gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan
respon secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak bisa melepaskan
subjektivitas dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu dunia itu
secara objektif.
KESIMPULAN
Psikologi humanistik dimulai di
Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 1950-an, dan terus-menerus tumbuh baik
dalam jumlah pengikut maupun dalam lingkip pengaruhnya. Psikologi humanistic
lahir dari ketidakpuasan terhadap jalan yang ditempuh oleh psikologi pada awal
abad ke 20. Ketidakpuasan itu terutama tertuju pada gambaran manusia yang
dibentuk oleh psikologi modern, suatu gambaran yang partial, tidak lengkap, dan
satu sisi.
Psikologi
humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat
kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada perspektif optimistik
tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk
berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya,
serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia
bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan
kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka. Fokus dari perspektif humanistik
adalah pada diri, yang diterjemahkan menjadi "ANDA".
Ide
pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri
sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah – masalah
psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah
perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut Rogers motivasi
orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia
yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak – kanak
seperti yang diajukan oleh aliran freudian, misalnya toilet trainning,
penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya.
Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori
Rogers adalah:
- Organisme, yaitu keseluruhan individu (the
total individual):
- Self, yaitu bagian medan phenomenal
yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan
penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
Kelemahan
atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata- mata
melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta
perkembangan orang lain, gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respons secara realistis
terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima, dan Rogers juga mengabaikan aspek- aspek sadar dalam tingkah laku manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Misiak,
Hendryk dan Staut, Virginia. 1988. Psikologi Fenomenologi Ekstitensional dan
Humanistik Suatu Survai Historis. Bandung ; PT. Eresco
Hall,
Calvin dan Lindzey Gardner. 1993. Teori-Teori Holistik
(organismik-fenomenologis). Yogyakarta ; Penerbit Kanisius.
Schultz,
Duane. 1991. Psikolosi Pertumbuhan : Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta
; Penerbit Kanisius.
Eliseba,
Yoanita. Psikologi Kepribadian I Teori Psikologi Humanistik Carl Rogers. Pusat
Pengembangan Bahan Ajar-UMB
Rachmahana,
Syifa’a, Ratna. Psikologi Humanistik dan
Aplikasinya dalam Pendidikan. Jurnal Pendidikan Islam No.1. Vol. I. 2008