Minggu, 25 November 2012

Tugas Kelompok 3 Psikologi Humanistik Carl Rogers


TUGAS KELOMPOK

PSIKOLOGI KESEHATAN
“PSIKOLOGI HUMANISTIK CALR ROGER”


OLEH :
KELOMPOK 3

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012


NAMA KELOMPOK 3 :

SITI NURFADILAH H.                                     F1D210 005
ISRA FEBRIANTI                                             F1D210 006
NURINTI                                                         F1D210 138
ADITYA KASIM                                               F1D210 036
RAFNI DEWI                                                   F1D210 071
JETRIANI                                                         F1D210 079
SITI HADRAYANTI ANANDA                         F1D211 083
NURJANNAH                                                  F1D210 093
NUR FITRI LAYLA                                           F1D210 094

SURIDNO                                                        F1D210 108  
AHMAD ERFANDI                                          F1D210 109
ALI AKBAR                                                      F1D210 128
SRI RAHAYUNI                                               F1D210 139
SABANIA                                                         F1D210 174
ERNA KARTIKA                                               F1D210 177
WA ODE ANI NINGSIH                                 F1D210 182
YUNI NOVIANTI                                            F1D210 183
SAHABUDDIN                                                F1D210 082
MASHAR ISAN S. A.                                       F1D210 083
MUH. ABDI HARYONO                                 F1D210 142
AHMAD RIADI                                               F1D210 164
ROLLY WILLIAMS
                                         F1D210 053
HARTATI                                                         F1D210 124
UMMYATUL MAJRA                                      F1D211 141
WD. OCI NURIDANINGSIH                          F1D211 107




1.    TEORI PSIKOLOGI HUMANISTIK
Awal Tumbuhnya Psikologi Humanistik
Pada akhir tahun 1940-an muncul suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang terlihat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial dan konseler, bukan merupakan hasil penelitian dalam bidang proses belajar. Gerakan ini berkembang dan kemudian dikenal sebagai psikologi humanistik, eksestensial, perseptual, atau fenomenalogikal. Psikologi ini berusaha untuk memahami perilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari pengamat (observer).
Selain itu, psikologi humanistik dimulai di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 1950-an, dan terus-menerus tumbuh baik dalam jumlah pengikut maupun dalam lingkip pengaruhnya. Psikologi humanistic lahir dari ketidakpuasan terhadap jalan yang ditempuh oleh psikologi pada awal abad ke 20. Ketidakpuasan itu terutama tertuju pada gambaran manusia yang dibentuk oleh psikologi modern, suatu gambaran yang partial, tidak lengkap, dan satu sisi. Factor lain yang memberikan andil terhadap kemunculan psikologi humanistic adalah keyakinan yang dianut oleh sejumlah ahli psikologi, yakni keyakinan bahwa psikologi telah terlalu lama mempelajari fungsi-fungsi manusia tetapi dengan menghilangkan manusia itu sendiri, atau memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang sekunder dan peripheral seraya mengabaikan hal-hal yang primer dan esensial.
Dalam dunia pendidikan, aliran humanistik muncul pada tahun 1960-1970-an dan mungkin perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi juga akan menuju pada arah ini. (John Jarolimak & Clifford D Foster, 1976, halaman 330).

     Teori Psikologi humanistik
                 Psikologi humanistic (human=manusia) yaitu manusia yang memiliki potensi dalam dirinya yang dipandang juga melalui penghargaan yang tinggi terhadap dirinya, perkembangan pribadinya, perbedaan-perbedaan individualnya dan dari sudut kemanusiaan itu sendiri. Contohnya Mira memiliki potensi atau bakat dalam melukis, jika bakatnya terus dilatih maka kreativitasnya akan terus berjalan, sehingga dia akan menjadi seorang pelukis hebat dan dikenal banyak orang karena potensinya, secara otomatis harkat dan martabatnya akan naik, dia juga mendapat penghargaan yang tinggi dari dirinya sendiri dan orang lain karena dia sudah mengembangkan potensinya dengan baik.
                 Psikologi humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada perspektif optimistik tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
                 Fokus dari perspektif humanistik adalah pada diri, yang diterjemahkan menjadi "ANDA", dan Anda "persepsi" dari "Anda" pengalaman. Hal ini berpendapat bahwa Anda bebas untuk memilih perilaku Anda sendiri, daripada bereaksi terhadap rangsangan lingkungan dan reinforcers. Masalah berurusan dengan harga diri, pemenuhan diri, dan kebutuhan adalah hal yang terpenting. Fokus utama adalah untuk memfasilitasi pengembangan pribadi.

Ciri-Ciri Psikologi Humanistik
Terdapat empat ciri psikologi yang beriorientasi humanistic sebagau berikut :
-          Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomenon primer dalam mempelajari manusia.
-          Menekankan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti memilih, kreativitas, menilai, dan merealisasi diri, sebagai lawan dari pemikiran tentang manusia yang mekanistik dan reduksionistik
-          Menyandarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan, serta menentang penekanan yang berlebihan pada objektivitas yang mengorbankan signifikansi
-          Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu. Individu sebagaimana dia menemukan dirinya sendiri serta dalam hubungannya dengan individu-individu lain dan dengan kelompok-kelompok social.


2.     TEORI HUMANISTIK MENURUT CARL ROGERS
Sejarah Carl Rogers
Carl Ransom Rogers lahir di Oak Park, Illinois, pada 8 Januari 1902. Pada umur 12 tahun keluarganya mengusahakan pertanian dan Rogers menjadi tertarik kepada pertanian secara ilmiah. Pertanian ini membawanya ke perguruan tinggi, dan pada tahun-tahun pertama Rogers sangat gemar akan ilmu alam dan ilmu hayat. Setelah menyelesaikan pelajaran di University of Wisconsin pada 1924 Rogers masuk Union Theological College of Columbia, disana Rogers mendapat pandangan yang liberal dan filsafat mengenai agama. Kemudian pindah ke Teachers College of Columbia, disana Rogers terpengaruh oleh filsafat John Dewey serta mengenal psikologi klinis dengan bimbingan L. Hollingworth. Rogers mendapat gelar M.A. pada 1928 dan doctor pada 1931 di Columbia. Pengalaman praktisnya yang pertama-tama diperolehnya di Institute for Child Guidance. Lembaga tersebut orientasinya Freudian. Rogers menemukan bahwa pemikiran Freudian yang spekulatif itu tidak cocok dengan pendidikan yang diterimanya yang mementingkan statistik dan pemikiran menurut aliran Thorndike.
Pada tahun 1940 Rogers menerima tawaran untuk menjadi guru besar psikologi di Ohio State University. Perpindahan dari pekerjaan klinis ke suasana akademis ini dirasa oleh Rogers sendiri sangat tajam. Karena rangsangannya Rogers merasa terpaksa harus membuat pandangannya dalam psikoterapi itu menjadi jelas. Dan ini dikerjakannya pada 1942 dalam buku Counseling and Psychotheraphy. Pada tahun 1945 Rogers menjadi mahaguru psikologi di Universitas of Chicago, yang dijabatnya hingga kini. Tahun 1946-1957 menjadi presiden the American Psychological Association. Dan meninggal dunia tanggal 4 Februari 1987 karena serangan jantung.

Teori Rogers
Carl rogers seorang ahli terapi yang dididik secara psikodinamika dan peneliti psikologi yang dididik secara teori perilaku, tetapi dia tidak sepenuhnya  merasa nyaman dengan dua aliran tersebut (thorne, 1992). Seperti Freud dan Winnicott, teori-teori rogers diperoleh secara klinis yaitu berdasarkan apa yang dikatakan pasien dalam terapi. Meskipun begitu, pendekatan rogers terhadap perkataan pasien itu sangat berbeda. Banyak yang menyakini pendapat-pendapat rogers diilhami oleh seorang pasien di Rochester Society for the prevention of cruelty to children- perkumpulan Rochester untuk pencegahan kekejaman terhadap anak. Rogers sedang menemui ibu dari seorang anak laki-laki pelaku kejahatan. Dia menemui wanita itu untuk memberikan terapi, dan seperti yang pernah diajarkan kepadanya, dia membuat tafsiran perihal perilaku wanita itu terhadap anak laki-lakinya berdasarkan teori psikodinamika. Wanita itu selalu menolak setiap tafsiran dan rogers angkat tangan. Kemudian, wanita itu bertanya apa rogers menerima orang-orang dewasa untuk konseling. Ketika rogers mengiakan, wanita itu menceritakan masalahnya dengan gamblang. Kejadian itu menyakinkan rogers bahwa tujuan terapi haruslah memungkinkan pasien berbicara dengan leluasa tanpa gangguan. Berikut adalah pemikiran rogers yang diperoleh secara klinis:
1.      Kecenderungan untuk mengaktualisasi
Rogers (1959) percaya, manusia memiliki satu motif dasar, yaitu kecenderungan untuk mengaktualisasi diri. Kecenderungan ini adalah keinginan untuk memenuhi potensi yang dimiliki dan mencapai tahap ‘human beingness’ yang setinggi-tingginya. Seperti bunga yang tumbuh sepenuh potensinya jika potensinya tepat, tetapi masih di kendalikan oleh lingkungan, manusia juga akan tumbuh dan mencapai potensinya jika lingkungan cukup bagus. Namun, tidak seperti bunga, potensi yang dimiliki manusia sebagai individu yang bersifat unik. Kita ditakdirkan untuk berkembang dengan cara yang berbeda sesuai kepribadian kita. Proses penilaian (valuing process) bahwa sadar memandu kita menuju perilaku  yang akan membantu kita mencapai potensi yang kita miliki. Proses penilai bisa terganggu oleh aturan-aturan social yang terlalu keras dan konsep diri yang buruk. Rogers percaya manusia pada dasarnya baik hati dan kreatif. Mereka menjadi destruktif hanya jika konsep diri yang buruk atau hambatan-hambatan eksternal mengalahkan proses penilaian.
2.      Pengembangan konsep diri
Rogers mengingatkan agar selama terapi, klien membuat rujukan pada dirinya sendiri, misalnya dengan berkata, ‘Aku bukanlah diriku yang sebenarnya’ atau ‘aku ingin tahu siapa sesungguhnya diriku’. Rogers mulai menekankan pentingnya pengguaan kata ‘Aku (I)’. ingat, freud juga menggunakan istilah ‘Aku (I)’ atau ego, tetapi Freud lebih tertarik pada aspek-aspek lain dalam diri manusia. Rogers sebaliknya, ia tertarik pada pengungkapan manusia tentang cara-cara pandangannya terhadap diri sendiri secara sadar.
Rogers (1961) mengemukakan, aspek terpenting dalam konsep diri adalah harga diri (self- esteem). Harga diri dapat didefinisikan sebagai seberapa besar kita menyukai diri kita sendiri. Rogers menyakini bahwa kita memiliki citra diri dalam pikiran kita seperti keadaan kita sekarang, sekaligus citra diri kita yang ideal (ideal-self) yaitu citra diri yang kita inginkan. Jika kedua citra itu kongruen (artinya sama) kita akan mengembangkan harga diri yang baik. Perkembangan kongruen dan harga diri bergantung pada penghargaan positif tak bersyarat dari orang lain. Berupa penerimaan, cintah, dan kasih saying. Tanpa penghargaan positif tak bersyarat dalam tingkat tertentu, kita tidak bisa mengaktualisasikan diri. Anak-anak yang kurang mendapatkan penghargaan positif tak bersyarat dari orang lain semasa kanak-kanak karena pola pengasuhan orang tua yang keras, kering perhatian, atau pengasuhan yang dicirikan dengan cinta bersyarat yaitu cinta yang hanya diberikan jika anak berperilaku sesuai syarat ketentuan, kemungkinan akan memiliki  harga diri yang rendah saat dewasanya, sehingga rentan mengidap gangguan jiwa, terutama depresi.

Pokok-Pokok Teori Rogers
Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah – masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak – kanak seperti yang diajukan oleh aliran freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya.
Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah:
  1. Organisme, yaitu keseluruhan individu (the total individual):
Organisme memiliki sifat-sifat berikut:
a)         Organisme beraksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b)        Organisme mempunyai satu motif dasar yaitu: mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri.
c)         Organisme mungkin melambangkan pengalamannya, sehingga hal itu disadari, atau mungkin menolak pelambangan itu, sehingga pengalaman-pengalaman itu tak disadari, atau mungkin juga organisme itu tak memperdulikan pengalaman-pengalamannya.
  1. Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.  Self mempunyai bermacam-macam sifat :
         a)Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan.
         b)        Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara (bentuk) yang   tidak  wajar.
         c)         Self  mengejar (menginginkan) consistency (keutuhan/kesatuan, keselarasan).
         d)        Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self.
         e)         Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan stuktur self diamati sebagai ancaman.
         f)         Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation) dan belajar.

Perkembangan Kepribadian
      Konsep diri (self concept) menurut Rogers adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan, dimana “aku“ merupakan pusat referensi setiap pengalaman. Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan “apa dan siapa aku sebenarnya“ dan “apa yang sebenarnya harus saya perbuat“. Jadi, self concept adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.
      Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi yaitu:
  1. Incongruence
Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin.
  1. Congruence
Congruence berarti situasi dimana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.
Menurut Rogers, para orang tua akan memacu adanya incongruence ini ketika mereka memberikan kasih sayang yang kondisional kepada anak-anaknya. Orang tua akan menerima anaknya hanya jika anak tersebut berperilaku sebagaimana mestinya, anak tersebut akan mencegah perbuatan yang dipandang tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa mengembangkan congruence-nya. Remaja yang orang tuanya memberikan rasa kasih sayang kondisional akan meneruskan kebiasaan ini dalam masa remajanya untuk mengubah perbuatan agar dia bisa diterima di lingkungan.
Dampak dari incongruence adalah Rogers berfikir bahwa manusia akan merasa gelisah ketika konsep diri mereka terancam. Untuk melindungi diri mereka dari kegelisahan tersebut, manusia akan mengubah perbuatannya sehingga mereka mampu berpegang pada konsep diri mereka. Manusia dengan tingkat incongruence yang lebih tinggi akan merasa sangat gelisah karena realitas selalu mengancam konsep diri mereka secara terus menerus.
Contoh:
Erin yakin bahwa dia merupakan orang yang sangat dermawan, sekalipun dia seringkali sangat pelit dengan uangnya dan biasanya hanya memberikan tips yang sedikit atau bahkan tidak memberikan tips sama sekali saat di restoran. Ketika teman makan malamnya memberikan komentar pada perilaku pemberian tipsnya, dia tetap bersikukuh bahwa tips yang dia berikan itu sudah layak dibandingkan pelayanan yang dia terima. Dengan memberikan atribusi perilaku pemberian tipsnya pada pelayanan yang buruk, maka dia dapat terhindar dari kecemasan serta tetap menjaga konsep dirinya yang katanya dermawan.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Perkembangan diri dipengaruhi oleh cinta yang diterima saat kecil dari seorang ibu. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
• Jika individu menerima cinta tanpa syarat, maka ia akan mengembangkan penghargaan positif bagi dirinya (unconditional positive regard) dimana anak akan dapat mengembangkan potensinya untuk dapat berfungsi sepenuhnya.
• Jika tidak terpenuhi, maka anak akan mengembangkan penghargaan positif bersyarat (conditional positive regard). Dimana ia akan mencela diri, menghindari tingkah laku yang dicela, merasa bersalah dan tidak berharga.
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.

Dinamika Kepribadian

Rogers mengemukakan lima sifat khas dari seseorang yang berfungsi penuh:
  1. Keterbukaan pada pengalaman
Yang berarti bahwa seseorang tidak bersifat kaku dan defensif melainkan bersifat fleksibel, tidak hanya menerima pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan lahirnya persepsi dan ungkapan-ungkapan baru.
  1. Kehidupan eksistensial
Orang yang tidak mudah berprasangka ataupun memanipulasi pengalaman melainkan menyesuaikan diri karena kepribadiannya terus-menerus terbuka kepada pengalaman baru.
  1. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Yang berarti bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan yang lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual.
  1. Perasaan bebas
Semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak.
  1. Kreativitas
Seorang yang  kreatif bertindak dengan bebas dan menciptakan hidup, ide dan rencana yang konstruktif, serta dapat mewujudkan kebutuhan dan potensinya secara kreatif dan dengan cara yang memuaskan.

3.      Kelemahan
Kelemahan Pendekatan Humanistik
Adapun keterbatasan dari pendekatan humanistic adalah sebagai berikut :
·         Pendekatan humanistic telah menghasilkan teori dan gagasan yang sangat sukar diuji dengan penelitian ilmiah, bahkan sampai pada taraf yang lebih luas daripada pendekatan psikodinamika
·         Karena pokok permasalahan dalam psikologi humanistik adalah pengalaman pribadi manusia, maka ada masalah logis dalam hal penerapan teori-teori yang berasal dari satu individu yang lain. Contohnya, kita tidak bisa menganggap dua orang yang menceritakan suatu pengalaman puncak atau pengalaman spiritual, memiliki pengalaman yang sama
·         Banyak gagasan humanistic (khususnya yang berkaitan dengan perkembangan diri) sangat terikat dengan kebudayaan (culture bound), dan tidak mudah diterapkan pada berbagai macam masyarakat atau periode sejarah.
·         Penekanan humanistic pada manusia secara individu berarti pentingnya pengaruh eksternal pada kehidupan manusia mungkin telah diabaikan. Seperti dikemukakan oleh Lerman (1992), seorang istri yang mengalami penyiksaan bisa belajar dari psikologi humanistic bahwa ia berhak untuk tidak diperlakukan dengan kejam, tetapi psikologi humanistic itu sendiri tidak mengizinkannya untuk meninggalkan situasi tersebut dengan aman.
Selain kelemahan yang telah diuraikan di atas, ada beberapa argumantasi mengenai kritik dari teori humanistik, yaitu sebagai berikut :
1 Teori humanistik terlalu optimistik secara naif dan gagal untuk memberikan pendekatan pada sisi buruk dari sifat alamiah manusia
2. Teori humanistik, seperti halnya teori psikodinamik, tidak bisa diuji dengan mudah
3. Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif. Beberapa kritisi menyangkal bahwa konsep ini bisa saja mencerminkan nilai dan idealisme Maslow sendiri,
4. Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis

Kelemahan Psikologi Humanistik Carl Rogers
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata- mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpendapat bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Selain itu, gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respons secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak bisa melepaskan subyektivitasnya dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu dunia itu secara obyektif.
Rogers juga mengabaikan aspek- aspek sadar dalam tingkah laku manusia karena ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatic yang menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.
         Di samping itu kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers juga terletak pada perhatiannya yang semata – mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
         Selain itu gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respon secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak bisa melepaskan subjektivitas dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu dunia itu secara objektif.


KESIMPULAN

            Psikologi humanistik dimulai di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 1950-an, dan terus-menerus tumbuh baik dalam jumlah pengikut maupun dalam lingkip pengaruhnya. Psikologi humanistic lahir dari ketidakpuasan terhadap jalan yang ditempuh oleh psikologi pada awal abad ke 20. Ketidakpuasan itu terutama tertuju pada gambaran manusia yang dibentuk oleh psikologi modern, suatu gambaran yang partial, tidak lengkap, dan satu sisi.
            Psikologi humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada perspektif optimistik tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka. Fokus dari perspektif humanistik adalah pada diri, yang diterjemahkan menjadi "ANDA".
            Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah – masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
            Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak – kanak seperti yang diajukan oleh aliran freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya.
            Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah:
  1.        Organisme, yaitu keseluruhan individu (the total individual):
  2.       Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
            Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata- mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain, gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respons secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima, dan Rogers juga mengabaikan aspek- aspek sadar dalam tingkah laku manusia.


DAFTAR PUSTAKA

Misiak, Hendryk dan Staut, Virginia. 1988. Psikologi Fenomenologi Ekstitensional dan Humanistik Suatu Survai Historis. Bandung ; PT. Eresco
Hall, Calvin dan Lindzey Gardner. 1993. Teori-Teori Holistik (organismik-fenomenologis). Yogyakarta ; Penerbit Kanisius.
Schultz, Duane. 1991. Psikolosi Pertumbuhan : Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta ; Penerbit Kanisius.
Eliseba, Yoanita. Psikologi Kepribadian I Teori Psikologi Humanistik Carl Rogers. Pusat Pengembangan Bahan Ajar-UMB
Rachmahana, Syifa’a,  Ratna. Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam Pendidikan. Jurnal Pendidikan Islam No.1. Vol. I. 2008