TUGAS INDIVIDU
PSIKOLOGI KESEHATAN
“Psikologi dan Penerapannya dalam Bimbingan
dan Konseling”
TUGAS INI DIBUAT DALAM RANGKA
MEMENUHI TUGAS AKHIR MATA KULIAH PSIKOLOGI KESEHATAN
Oleh : SITI NURFADILAH H. (F1D210 005)
Jurusan Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Haluoleo
PSIKOLOGI DAN
PENERAPANNYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
1. Psikologi
Menurut Wundt, psikologi itu merupakan ilmu
tentang kesadaran manusia (the science of human consciousness). Dari batasan
ini dapat dikemukakan bahwa keadaan jiwa direfleksikan dalam kesadaran manusia.
Unsur kesadaran merupakan hal yang dipelajari dalam psikologi itu.
Disamping itu Woodworth dan Marquis (1975)
mengajukan pendapat bahwa yang dimaksud dengan psikologi itu merupakan ilmu
tentang aktivitas-aktivitas individu. Menggambarkan bahwa psikologi itu
mempelajari aktivitas-aktivitas individu, pengertian aktivitas dalam arti yang
luas, baik aktivitas motorik, kognitif, maupun emosional. Kalau pada Wundt
digunakan pengertian kesadaran, maka pada Wodworth dan Marquis digunakan
aktivitas-aktivitas. Namun keduanya baik kesadaran maupun aktivitas-aktivitas,
hal tersebut menggambarkan tentang refleksi dari kehidupan kejiwaan.
Menurut Branca (1964) dalam bukunya yang
berjudul Psychology : The science of
Behavior, dikemukakan bahwa psikologi merupakan ilmu tentang perilaku, dan
dalam hal ini adalah menyangkut perilaku manusia. Namun, itu tidak berarti
bahwa perilaku hewan tidak dikemukakan. Hal ini tergambar dalam bagian-bagian
yang mengemukakan tentang penelitian-penelitian yang dilakukan dalam lapangan
hewan.
Jadi,
psikologi merupakan suatu ilmu yang meneliti tentang perilaku atau
aktivitas-aktivitasm dan perilaku serta aktivitas-aktivitas itu sebagai
manifestasi hidup kejiwaan. Perilaku atau aktivitas-aktivitas di sini adalah
dalam pengertian yang luas, yaitu meliputi perilaku yang nampak (overt behavior) dan juga perilaku yang
tidak nampak (inner behavior),atau
kalau yang dikemukakan oleh Woodworth dan Marquis ialah baik aktivitas motorik,
aktivitas kognitif, maupun aktivitas emosional.
2. Bimbingan dan Konseling
-
Bimbingan
Bimbingan
diartikan sebagai proses bantuan kepada individu dalam mencapai tingkat
perkembangan diri secara optimum. Ada dua kata kunci yang perlu dimaknai dalam
definisi ini, yakni :
(1)
Pertama,
bantuan dalam arti bimbingan yaitu memfasilitasi individu untuk mengembangkan
kemampuan memilih dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri. Proses
perkembangan mengandung rangkaian penetapan pilihan dan pengambilan keputusan,
dalam menavigasi hidup, dan kemampuan pengambilan keputusan ini merupakan
perwujudan dari daya sesuai individu terhadap dinamika lingkungan.
(2)
Kedua,
perkembangan optimum adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem
nilai yang dianut. Perkembangan optimum adalah suatu konsep normatif, suatu
kondisi adekuat dimana individu mampu melakukan pilihan dan pengambilan
keputusan yang tepat untuk mempertahankan keberfungsian dirinya di dalam sistem
atau lingkungan yang ditandai dengan kesiapan dan kemampuan individu.
-
Konseling
Konseling adalah proses bantuan, yang
dalam sejumlah literatur, dipandang sebagai jantung bimbingan karena bantuan
konseling lebih langsung bersentuhan dengan kebutuhan dan masalah individu
secara individual, walaupun berlangsung dalam seting kelompok. Konseling adalah
suatu proses yang terjadi atas dasar hubungan konselor-klien.
Bimbingan dan konseling adalah dua istilah
yang penggunaannya hampir selalu digandengkan. Bimbingan dan konseling adalah
layanan ahli dan pengampu layanan ahli tersebut yang disebut konselor.
3.
Model Teori Bimbingan dan Konseling
Berikut
adalah model dasar teori bimbingan dan konseling adalah model relasional, model
kognitif dan model keperilakukan. Dalam model teori bimbingan dan konseling ini
menggunakan kaidah/pendekatan psikologi.
-
Model relasional
Model
relasional dalam bimbingan dan konseling adalah pendekatan yang dikembangkan
dari pekerjaan Carl Rogers, yang disebut dengan terapi berpusat pada klien.
Dalam pengembangan lebih lanjut model ini diinkorporasikan dengan teori
psikologi lain, terutama yang terkait dengan psikologi eksitensial yang dikenal
dengan psikologi humanistik yang dibangun dari tiga elemen utama yaitu
psikologi perseptual, psikologi eksistensial dan temuan-temuan empirik.
Esensi
psikologi perseptual adalah bahwa perilaku itu sebagai fungsi persepsi dan
intervensi bimbingan dan konseling harus dimaksudkan untuk membantu individu
membangun persepsi diri dalam lingkungannya secara jernih.
Psikologi
eksistensial dilandasi posisi filosofis yang meletakkan eksistensi sebagai
pendahulu dari esensi manusia. Tugas utama bimbingan dan konseling adalah
membantu konseli mengokohkan kembali keutuhan pengalamannya dan memfasilitasi
konseli menemukan makna eksistensi dirinya.
-
Model Kognitif
Sudut
pandang yang digunakan untuk memahami kepribadian ialah bahwa setiap individu
memiliki cerita atau riwayat tentang dirinya, kehidupannya, dan hubungan yang
dialaminya, dimana riwayat itu menjadi pusat dari seluruh pengalaman dan
penafsiran individu terhadap peristiwa yang dialaminya. Kegiatan kognitif
individu dimaksudkan utnuk membangun dunia kehidupannya di dalam cara-cara yang
bermakna dan konsisten yang dapat memberi dirinya kenyaman yang rasional dan
terbebas dari kecemasan.
-
Model Keperilakuan (Behavioral)
Prinsip
dasar model keperilakuan bertolak dari pandangan bahwa psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang berbasis data teramati, dan yang disebut perilaku adalah
manifestasi organisme yang teramati.
Teori
skinner disebut teori operant conditioning yaitu suatu
pendekatan dalam psikologi yang menggunakan unit stimulus respons untuk
mempelajari perilaku yang teramati dalam situasi yang terkendali. Teori Pavlov menekankan bahwa reaksi-reaksi
emosional menyertai respons individu atas stimulus yang diberikan lingkungan.
4.
Penerapan Psikologi
dalam Bimbingan dan Konseling
Berbicara
tentang bimbingan dan konseling tidak bisa terlepas dari pendidikan, karena
bimbingan dan konseling ada di dalam pendidikan. Pendidikan bertolak dari
hakikat manusia dan merupakan upaya membantu manusia menjadi apa yang bisa dia
perbuat dan bagaimana dia harus menjadi (becoming)
dan berada (being). Dalam upaya
untuk membantu individu mewujudkan pribadi utuh, bimbingan dan konseling peduli
terhadap pengembangan kemampuan nalar yang motekar (kreatif) untuk hidup lebih
baik dan benar. Dalam upaya semacam itu, bimbingan dan konseling amat mungkin
menggunakan berbagai metode dan teknik psikologis, untuk memahami dan memfasilitasi
perkembangan individu, akan tetapi tidak berarti bahwa bimbingan dan konseling
adalah psikologi terapan, karena bimbingan dan konseling tetap bersandar dan
terarah pada pengembangan manusia sesuai dengan hakikat ekstensialnya.
Pelayanan bimbingan dan konseling mempersyaratkan
penerapan kaidah psikologi sebagai alat untuk memahami :
1.
Dinamika
perilaku peserta didik (klien)
2.
Latar
belakang dan perkembangan peserta didik (klien)
3.
Keterkaitan
dengan lingkungannya
4.
Arah dan
proses perkembangan untuk menjadikannya tingkah laku yang lebih baik.
Untuk
kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu
dikuasai oleh konselor adalah tentang:
a.
Motif dan motivasi. Motif dan motivasi
berkenaan dengan dorongan yang menggerakan seseorang untuk berperilaku baik
atau motif primer, yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki
oleh individu semenjak lahir. Motivasi berarti keadaan internal organisme baik
manusia atau hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian
ini motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara
terarah (Gleitman,1986; Reber, 1988). Seorang konselor harus tahu apa motif dan
motivasi yang dimiliki oleh kliennya sehingga dia mengetahui arah
perilaku dari kliennya tersebut.
b.
Pembawaan dan lingkungan. Factor
pembawaan dan lingkungan merupakan factor yang sangat penting dalam
menentukan perilaku individu.
Factor pembawaan merupakan factor
yang dibawa individu sejak lahir dan mengandung factor potensial. Ada yang
memiliki potensial tinggi dan ada juga yang rendah tergantung keturunan.
Disinilah peran orang-orang disekelilingnya sangat diperlukan untuk membantu
mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh individu tersebut.
Faktor lingkungan menyangkut keadaan
sekitar individu meliputi lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan
pertemanan. Seorang individu meskipun dia memilki potensi yang sangat tinggi
tetapi jika tidak didukung dengan lingkungan yang mendukung perkembangan
potensinya maka potensinya itu tidak akan berkembang secara optimal. Maka dalam
pergaulan social, seorang individu hendaknya pintar untuk memilih mana yang
baik dan yang tidak baik.
c.
Perkembangan individu. Perkembangan
individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang
merentang sejak masa konsepsi (prenatal) hingga akhir hayatnya, diantaranya
meliputi aspek psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan social. Setiap
individu memiliki fase perkembangan yang berbeda-beda tergantung
factor-faktor yang mempengaruhi seperti hormone dan lingkungan. Oleh
karena itu dalam menjalankan tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek
perkembangan individu kliennya, sekaligus dapat melihat arah perkembangan
individu itu di masa depan.
d.
Belajar. Belajar merupakan
serangkaian kegiatan untuk mengetahui sesuatu, dan sekaligus konsep mendasar
dalam psikologi. Inti dari belajar adalah mengusai sesuatu yang baru
dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Untuk memahami kliennya
seorang konselor harus mengetahui mengenai teori-teori belajar yang akan
mempermudahnya untuk mendiagnosis kesulitan individu.
e.
Kepribadian
Kepribadian merupakan organisasi
dinamis dalam diri individu sebagai system psikofisik yang menentukan cara yang
unik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Yang dimaksud dengan unik
yakni kualitas perilaku individu khas sehingga dapat diketahui individu
tersebut berbeda dengan yang lainnya. Keunikan ini didukung oleh faktor
psikofisiknya, misalnya struktur tubuhnya, hormone dan yang lainnya dan saling
berpengaruh dan menentukan kualitas perilaku individu tersebut. Dengan
mengetahui kepribadian kliennya akan sangat membantu konselor dalam melakukan
tindakan pencegahan maupun tindakan konseling yang diambil dalam memecahkan
masalah.
Dengan
demikian, psikologi terlihat sangat dominant dalam memainkan perannya dalam
bimbingan dan konseling terutama yang terkait dengan perilaku individu yang menjadi
sasaran bimbingan dan konseling. Jadi, psikologi dalam penerapannya dalam
bimbingan dan konseling adalah utnuk mengetahui bagaimana perilaku individu. Psikologi sosial
juga merupakan ilmu pendukung bimbingan dan konseling dimana konseli sebagai
bagian dari masyarakat memiliki karakteristiknya sendiri. Konseli memiliki
peran dan fungsi yang secara otomatis menentukan perilakunya dalam lingkup
sosial. Pengaruh dari lingkungan sosial dapat memberikan sumbangan bagi
bimbingan dan konseling dalam melaksanakan prosesnya agar berjalan lancar.
Ditinjau dari aspek psikologi, konseling
memiliki makna yang sangat luas dan mendalam. Masing-masing makna konseling,
tidak lepas dari latar belakang konseptual, sosial, dan historis. Dalam
perspektif historis, konseling pertama-tama dimaknai sebagai upaya memandu,
kemudian secara berturut-turut dimaknai sebagai upaya menyembuhkan,
memfasilitasi, memodifikasi, merestrukturisasi, mengembangan, mempengaruhi,
mengkomunikasikan, dan terakhir mengorganisasikan. Sesuai dengan makna yang
terkandung didalamnya, maka masing-masing berimplikasi kepada pendekatan yang harus
dibangun atau dikembangkan oleh konselor dalam rangka mengaplikasikannya fungsi
konseling tersebut di lapangan.
Landasan dalam bimbingan dan
konseling pada intinya merupakan fondasi yang harus kuat dan merupakan bagian
dari factor pendukung yang harus diperhatikan, khususnya oleh konselor sebagai
pelaku utama dari bimbingan dan konseling ini. Secara umum terdapat empat aspek
pokok yang melandasi bimbingan dan konseling, yaitu:
1.
Landasan filosofis
2.
Landasan psikologis
3.
Landasan social budaya
4.
Landasan ilmu pengetahuan (ilmiah)
dan teknologi
DAFTAR PUSTAKA
Walgito, Bimo. 1981. Pengantar Psikologi Umum. Penerbit ANDI
Yogyakarta. Yogyakarta
Mappiate, Andi. 1996. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. PT
RajaGrafindo Persada. Jakarta
Kartadinata,
Sunaryo. 2007. Teori Bimbingan dan Konseling. Seri Landasan dan Teori Bimbingan
dan Konseling Oktober 2007
Syah,
Muhibbin. 2002. Psikologi Belajar. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta
Salahuddin, Anas. 2009. Bimbingan dan Konseling.
Penerbit Pustaka Setia. Bandung
Sunardi.
2008. Kajian Buku, Psikologi Konseling : Perspektif dan Fungsi. Jurusan PLB FIP
UPI